
Anomali Dolar AS: Makin Perkasa Saat Semakin Banyak Dibuang!

Bangkitnya dolar AS langsung memberikan pukulan telak bagi rupiah. Meski pada pekan lalu sukses membukukan penguatan 0,43% dan berada di bawah Rp 14.000/US$, tetapi pada perdagangan Jumat (8/1/2021) rupiah melemah tajam, 0,65%. Pelemahan tersebut berlanjut hari ini hingga akhirnya kembali ke atas Rp 14.000/US$.
Selain bangkitnya dolar AS, rupiah juga tertekan oleh kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang lebih ketat, atau yang saat ini disebut Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) resmi dimulai hari ini.
PPKM berlangsung di pulau Jawa dan Bali mulai hari ini hingga 25 Januari mendatang. Kebijakan tersebut diterapkan oleh pemerintah guna menekan penyebaran penyakit akibat virus corona (Covid-19).
Di daerah-daerah yang kena PPKM, perkantoran non-esensial diimbau menerapkan kerja dari rumah (work from home) 75%. Kegiatan belajar-mengajar belum bisa tatap muka di sekolah, masih jarak jauh.
Pusat perbelanjaan wajib tutup pukul 19:00 WIB. Restoran masih boleh menerima pengunjung yang makan-minum di tempat, tetapi maksimal 25% dari total kapasitas. Demikian pula rumah ibadah, boleh menampung jamaah tetapi dibatasi paling banyak 50%.
Alhasil, roda bisnis akan kembali melambat, dan pemulihan ekonomi kembali terhambat, dan rupiah tertekan hingga melemah 0,72% ke Rp 14.080/US$ hari ini, bahkan sebelumnya sempat menyentuh level Rp 14.100/US$.
Secara teknikal, level Rp 14.100 hingga Rp 14.115/US$ merupakan kisaran rerata pergerakan (moving average/MA) 50 hari atau MA 50 (garis hijau). Sehingga menjadi resisten yang cukup kuat.
Resisten tersebut bisa menahan pelemahan rupiah, tetapi seandainya ditembus, rupiah berisiko melemah lebih jauh. Sehingga level tersebut menjadi kunci pergerakan rupiah di pekan ini.
Pada November 2020 lalu terjadi death cross alias perpotongan MA 50 hari, MA 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200). Death cross terjadi dimana MA 50 memotong dari atas ke bawah MA 100 dan 200.
![]() Foto: Refinitiv |
Death cross menjadi sinyal suatu aset akan berlanjut turun. Dalam hal ini USD/IDR, artinya rupiah berpotensi menguat lebih jauh.
Sementara itu, indikator stochastic pada grafik harian mulai keluar dari wilayah jenuh jual (oversold), sehingga tekanan terhadap rupiah sedikit berkurang.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Seperti disebutkan sebelumnya, resisten terdekat berada di kisaran Rp 14.100 hingga Rp 14.115/US$, jika ditembus dan tertahan di atasnya rupiah berisko melemah ke Rp 14.200/US$ hingga Rp 14.260/US$ di pekan ini.
Sementara itu selama tertahan di bawah Rp 14.100/US$ rupiah berpeluang kembali menguat ke level psikologis Rp 14.000/US$. Jika level tersebut ditembus, Mata Uang Garuda berpeluang menguat menuju Rp 13.900 hingga Rp 13.880/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]
