Saham Antam Diserbu Investor, Nilai Transaksinya Meledak

Tommy Sorongan, CNBC Indonesia
09 January 2021 15:00
Antam

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham PT Aneka Tambang (ANTM) pekan ini benar-benar menjadi incaran investor. Hal tersebut tampak dari akumulasi nilai transaksi saham Antamdengan jumlah yang sangat besar.

Dalam sepekan, total nilai transaksi saham Antamberdasarkan data BEImencapai Rp 13,8 triliun. Dengan volume saham yang ditransaksikan mencapai 5,8 miliar lembar saham.

Dalam periode yang sama sama, harga saham Antamtercatat melesat 34,37%. Jika dihitung dalam kurun waktu satu bulan, saham Antammelesat hingga 108,84%, dalam tiga bulan 263% dan dalam enam bulan terakhir 329%.

Apa sebenarnya pemicu kenaikan tinggi saham Antam? Benarkah cuitan putra bungsu Presiden JokoWidodo(Jokowi), KaesangPangarep, menjadi pemicu aksi borong investor pada saham Antam?


Secara fundamental, rasanya memang tidak ada kaitan postinganKaesang, yang memperkenalkan istilah Sangmology, dengan pergerakan harga saham Antam. Namun harus diakui, kicauan Kaesangtersebut membuat investor mulai menyimak potensi kinerja Antamdi masa yang akan datang.

Apalagi Indonesia, sedang berupaya untuk menjadi pemain utama di industri baterai listrik, yang bahan baku utamanya adalah nikel yang diproduksi Antam.

Terkait kicauan Kaesang di saham Antam,Kunto Hendraprawoko, SVP Sekretaris Perusahaan Antam, menjelaskan bahwa perseroan tidak memiliki kerja sama dengan media atau influencer dalam melakukan promosi saham perusahaan, menambahkan bahwa perusahaan saat ini fokus dalam penjualan beberapa produk tambang andalannya.

"Perseroan senantiasa fokus pada optimalisasi kinerja produksi dan penjualan komoditas utama nikel, emas, dan bauksit, melalui penerapan protokol kesehatan yang konsisten," katanya, dalam keterbukaan informasi di BEI, Kamis (7/1/2021).

Di tahun 2021, tegasnya, Antam juga terus meningkatkan nilai tambah produk, serta melaksanakan implementasi kebijakan strategis terkait dengan pengelolaan biaya yang tepat dan efisien serta dijalankan beriringan dengan situasi pandemi Covid-19 untuk dapat terus mencatatkan kinerja positif bagi para shareholder dan stakeholder.

Kenaikan harga nikel merupakan sentimen utama yang menggerakkan harga saham Antam. Harga komoditas ini tersebut melesat sejak akhir 2020.

Harga nikel dunia terus mengalami kenaikan. Di sepanjang awal tahun ini terhitung sejak 31 Desember 2020-7 Januari 2021, harga nikel di bursa berjangka, London Metal Exchange (LME) naik 8,4%.

Terakhir, harga nikel berada di US$ 17.929/ton. Kenaikan harga nikel sebenarnya sudah terjadi sejak tahun lalu ketika Indonesia sempat memboikot ekspor nikel. Sentimen dan tren mobil listrik dengan baterai yang menggunakan nikel yang terus berkembang membuat harganya melesat signifikan.

Di sepanjang tahun 2020, harga kontrak futures (berjangk) nikel yang diperdagangkan di bursa Shanghai menguat 18%. Kenaikan harga nikel dunia juga membuat harga nikel acuan RI ikut terkerek.

Pada Desember lalu, harga nikel acuan RI dipatok di US$ 15.647/ton atau naik 12,8% dibandingkan harga acuannya di bulan Januari di US$ 13.876/ton. Harga nikel sempat mengalami penurunan saat awal pandemi Covid-19 merebak dan memicu penerapan lockdown yang masif di bulan Februari-Maret.

Namun setelah pelonggaran banyak dilakukan pada bulan Mei, harga nikel berangsur mulai pulih bahkan berhasil mencapai level tertingginya di penghujung tahun 2020.

Baca: Saham Emiten Eddy Sariaatmadja Dipecah 1:10, Ini Jadwalnya
Nikel merupakan salah satu logam hasil tambang yang digunakan untuk berbagai keperluan. Di pasar dikenal ada dua jenis nikel yaitu nikel kelas I dan kelas II. Nikel kelas II banyak digunakan untuk pembuatan stainless steel, sementara kelas I digunakan untuk produk lain seperti komponen baterai mobil listrik.

Outlook harga nikel untuk tahun 2021 pun positif. DBS dalam laporannya menyebut harga nikel tahun ini bakal bullish dan tembus ke atas US$ 20.000/ton. Hal tersebut karena ditopang oleh adanya defisit pasokan nikel di saat permintaan sedang naik-naiknya. Tren ini terutama terjadi untuk nikel kelas I yang banyak digunakan untuk baterai mobil listrik.

Proyeksi DBS, permintaan nikel kelas I akan tumbuh 5,9% setiap tahunnya sampai 2025. Untuk periode yang sama pasokan nikel kelas I hanya tumbuh 3,3%.

Sementara itu, untuk nikel Kelas II keseimbangan di pasar tetap terjaga tahun ini, bahkan hingga 2025 seiring dengan kuatnya peningkatan kapasitas nikel pig iron (NPI) di Indonesia mengimbangi penurunan produksi Cina dan pertumbuhan permintaan nikel untuk stainless steel.

Lebih lanjut DBS memprediksi volume penjualan mobil listrik akan naik 24% per tahun secara compounding (CAGR) ke 22,3 juta unit pada tahun 2030. Kenaikan penjualan mobil listrik tentu akan mengerek permintaan nikel kelas I seiring dengan minat yang tinggi untuk penggunaan baterai yang menggunakan nikel.

Permintaan nikel untuk baterai mobil listrik akan tumbuh sebesar 32% (CAGR ) pada 2019-2030 sehingga meningkatkan konsumsi nikel untuk baterai yang dapat diisi ulang hingga 24% per tahun menjadi 1,27 juta ton pada tahun 2030.

"Oleh karena itu, kami memperkirakan kontribusi baterai isi ulang terhadap konsumsi nikel akan meningkat hingga 30% pada 2030 dari hanya 5% pada 2019." tulis DBS dalam laporannya.

Kenaikan harga nikel membuat saham emiten nikel sendiri kembali melesat pada perdagangan hari ini setelah sempat terbang tinggi selama setahun terakhir. Simak kinerja saham-saham nikel yang melantai di bursa pada hari ini.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular