Awas! Sedikit Lagi Rupiah Bakal Drop ke Rp 14.000/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
08 January 2021 12:47
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah cukup tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Jumat (8/12/2020). Indeks dolar AS yang bangkit dari level terendah sejak Maret 2018 membuat rupiah tertekan. Namun, cadangan devisa (cadev) Indonesia yang bertambah signifikan di bulan Desember mampu meredam pelemahan rupiah.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah tipis 0,07% di Rp 13.900/US$. Namun setelahnya langsung merosot hingga 0,65% ke Rp 13.980/US$, dan tertahan di level tersebut hingga pukul 12:00 WIB.

Indeks dolar AS kemarin menguat 0,33% melanjutkan kenaikan hari sebelumnya.

Ekspektasi bangkitnya perekonomian AS di tahun ini, serta kenaikan yield obligasi (Treasury) AS menjadi pemicu bangkitnya indeks dolar AS. Selain itu, pernyataan para pejabat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang menunjukkan optimisme pemulihan ekonomi membuat dolar AS "mengamuk".

"Saya terdorong untuk melihat peningkatan indikator ekspektasi inflasi... Itu yang berusaha kami bantu" kata Thomas Barkin, Presiden The Fed Richmond dalam wawancara degan Reuters Kamis kemarin.

Di tempat berbeda, Presiden The Fed St. Louis, James Bullard mengatakan semua faktor yang akan memicu inflasi sudah ada, dari kebijakan moneter dan fiskal. Bullard mengatakan saat ini kebijakan fiskal sangat powerful, dan kemungkinan akan ada tambahan lagi saat pemerintahan Joseph 'Joe' Biden.

Ekspektasi kenaikan inflasi tersebut memicu penguatan dolar AS, sebab jika inflasi terus melesat maka The Fed kemungkinan akan mempertimbangkan untuk mulai mengurangi nilai program pembelian asetnya (quantitative easing/QE) yang saat ini senilai US$ 120 miliar per bulan.

Sementara itu dari dalam negeri, kenaikan rilis data cadangan devisa mampu meredam pelemahan rupiah masih di bawah Rp 14.000/US$.

Cadev akhirnya membukukan kenaikan di bulan Desember setelah mengalami penurunan dalam 3 bulan beruntun. Kenaikan pada akhir 2020 tersebut juga terbilang besar, hingga menyentuh level tertinggi kedua sepanjang sejarah.

Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa naik US$ 2,3 miliar menjadi US$ 135,9 miliar di bulan Desember dari bulan sebelumnya. Sementara itu, rekor tertinggi cadev dicapai pada bulan Agustus lalu sebesar US$ 137 miliar.

"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 10,2 bulan impor atau 9,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," sebut keterangan tertulis BI, Jumat (8/1/2021).

Dengan kenaikan cadev, BI memiliki lebih banyak amunisi untuk menstabilkan rupiah jika mengalami tekanan hebat.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar AS Balas Dendam, Rupiah Dibikin KO Hari Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular