The Fed Akan Cegah Taper Tantrum, Masa Depan Dolar AS Suram!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
07 January 2021 14:07
rupiah melemah terhadap Dollar
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Di bulan Februari 2020, sebelum virus corona menjadi pandemi, nilai Balance Sheet The Fed sekitar US$ 4,1 triliun, sementara posisi di 30 Desember sebesar US$ 7,36 triliun. Artinya selama pandemi penyakit virus corona (Covid-19) yang membuat perekonomian AS nyungsep ke jurang resesi, The Fed sudah membanjiri perekonomian AS dengan likuiditas lebih dari US$ 3 triliun.

Kebijakan tersebut terbilang sangat agresif, sebab saat krisis finansial melanda AS di tahun 2008 The Fed juga melakukan hal yang sama. Nilai Balance Sheet juga melonjak US$ 3 triliun, tetapi terjadi dalam tempo 3 tahun hingga 2011.

Dengan agresifnya The Fed membanjiri perekonomian AS dengan duit, maka wajar jika nilai dolar AS terus melemah. Secara teori, semakin banyak uang beredar maka nilai tukarnya akan semakin melemah.

The Fed yang berusaha meredam terjadinya "taper tantrum" jilid II, tentunya membuat kemungkinan dolar AS mengamuk lagi saat QE dikurangi menjadi lebih berkurang, sehingga kemungkinan besar masih akan tertekan ke depannya.

Dalam notula The Fed, nilai QE saat ini mencapai US$ 120 miliar per bulan, dan bisa ditambah lagi selama diperlukan.

Selain QE, The Fed juga berkomitmen mempertahankan suku bunga acuan <0,25% dalam waktu yang lama.

Data dari Fed Dot Plot, yang menggambarkan proyeksi suku bunga para pembuat kebijakan (Federal Open Market Committee), menunjukkan suku bunga baru akan dinaikkan pada tahun 2023. Peluang kenaikan tersebut juga terbilang cukup kecil karena mayoritas anggota FOMC masih melihat memproyeksikan suku bunga di level saat ini 0% - 0,25%, sebanyak 3 orang melihat suku bunga di kisaran 0,25% - 0,4%. Masing-masing 1 anggota melihat suku bunga di kisaran 0,5% - 0,75% dan 1% - 1,25%.

Dalam jangka panjang, mayoritas melihat suku bunga berada di level 2,5%.

Dengan kata lain, berdasarkan proyeksi saat ini, The Fed tidak akan menaikkan suku bunga hingga tahun 2023.

Sementara itu, untuk produk domestik bruto (PDB) tahun 2020, diprediksi mengalami kontraksi (tumbuh negatif) 2,4%, lebih baik dari proyeksi sebelumnya -3,7%. Sementara untuk tahun ini PDB diproyeksikan tumbuh 4,2%, lebih baik dari perkiraan sebelumnya 4%.

Sementara itu, tingkat pengangguran AS di tahun ini turun menjadi 6,7%, jauh di bawah prediksi sebelumnya 7,6%. Sementara tahun depan diperkirakan 5%, turun dari proyeksi sebelumnya yaitu 5,5%.

Untuk diketahui, data terbaru yang dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan tingkat pengangguran di bulan November sebesar 6,7%.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular