Jangan Beli Saham Pom-pom, Kalau Tidak Mau Cuci Piring!

Tim Riset, CNBC Indonesia
06 January 2021 09:02
Layar pergerakan perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Selasa (24/11/2020). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Layar pergerakan perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia- Akhir-akhir tren rekomendasi saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) sedang marak-maraknya. Mulai dari Ustadz kondang Yusuf Mansur, putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep, hingga investor dan analis saham Belvin Tannadi.

Terbaru bahkan para artis dan influencer ikut-ikutan melakukan tren rekomendasi atau biasa lebih dikenal dengan sebutan 'pom pom' saham ini. Raffi Ahmad dan Ari Lasso dalam postingan Instagramnya menyebut emiten PT M Cash Intergrasi Tbk (MCAS).

Dengan maraknya berbagai aksi pom-pom saham ini tentu saja para investor akan bertanya-tanya apakah bijak membeli saham hasil saran para trader, influencer, maupun artis ?

Hal yang penting diperhatikan oleh para investor, di pasar modal dalam jangka pendek merupakan zero sum game atau secara singkat keuntungan seseorang hanya bisa di dapat dari kerugian orang lain.

Sehingga apabila tidak ada orang yang merugi di suatu saham, maka tidak ada pula orang yang bisa mengambil keuntungan di saham tersebut dalam jangka pendek.

Hal ini menyebabkan nature bursa saham dalam jangka pendek adalah persaingan, dimana satu pelaku pasar akan berusaha mengambil untung melawan para pelaku pasar lain alias bermusuhan.

Karena hal inilah apabila ada seseorang yang menyarankan atau merekomendasikan membeli sesuatu saham anda perlu mengangkat alis sebab apabila memang bermusuhan mengapa ada seseorang yang ingin membantu musuhnya.

Bisa jadi ternyata seseorang tersebut bukan berniat membantu anda tapi ingin membantu dirinya sendiri. Sebagai contoh, bisa saja oknum tersebut sudah mengkoleksi saham-saham yang akan direkomendasikan di harga murah atau dibayar untuk merekomendasikan saham tersebut oleh sang oknum dan membutuhkan 'korban' untuk menampung barang jualan sang oknum setelah sang oknum mengerek naik harga sahamnya.

Karena sekali lagi meskipun sang oknum sudah memiliki saham di harga murah dan harganya sudah digoreng naik, hal ini percuma apabila oknum tersebut tidak dapat merealisasikan keuntungan dengan cara menjual saham tersebut kepada calon korban yakni para pengikut trader dan influencer tersebut.

Skenario ini sendiri sangat terbuka di saham-saham yang memiliki kapitalisasi pasar kecil sehingga akumulasi mudah dan murah dilakukan serta harga saham berkapitalisasi pasar kecil mudah digoreng naik dengan melakukan cornering, dimana oknum yang sudah menguasai mayoritas saham beredar dapat mengerek harga naik dengan mudah.

Mengutip investor kawakan Lo Kheng Hong, janganlah membeli kucing dalam karung, dan kenali saham yang anda beli dengan cara membaca laporan keuangan saham tersebut. Jangan membeli karena info dari teman karena hal ini sangat berisiko dan sangat berbahaya.

Sehingga ada baiknya anda kenali lebih dahulu saham apa yang ingin anda beli, gunakan terlebih dahulu analisa fundamental atau teknikal baik apabila anda ingin berinvestasi ataupun ingin trading di pasar modal karena potensi keuntungan tentunya akan jauh lebih besar dibandingkan mengikuti pom-pom para oknum.

Jadi apa masih berani membeli saham-saham hasil pom-pom para trader dan influencer? Jika masih ngotot beli harap berhati-hati karena kemungkinan besar anda akan menjadi 'tukang cuci piring' para oknum-oknum tersebut.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(RCI/RCI)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular