
Rupiah Josss! Menguat 1%, Dolar AS Lengser ke Bawah Rp 14.000

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Optimisme investor dalam menatap 2021 tercermin di pasar keuangan Asia.
Pada Senin (4/1/2020), US$ 1 setara dengan Rp 13.900 kala pembukaan perdagangan pasar spot. Rupiah menguat 1% dibandingkan posisi sebelum libur Tahun Baru.
Mata uang Tanah Air sudah cukup lama absen dari 'arena' pasar spot. Maklum, hari terakhir perdagangan di pasar keuangan Indonesia adalah 30 Desember 2020.
Rupiah mengakhiri 2020 dengan depresiasi 0,86% di hadapan dolar AS secara point-to-point. Sejatinya rupiah menjalani tren penguatan sejak kuartal II-2020, tetapi tidak bisa menutup depresiasi tajam yang terjadi pada kuartal I-2020 yaitu mencapai hampir 18%.
Memasuki 2020, keyakinan pelaku pasar terhadap aset-aset berisiko belum pudar, termasuk di Indonesia. Meski dunia masih dibuat pontang-panting karena pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), tetapi setidaknya upaya penanggulangannya belum seekstrem dulu.
Pada kuartal I dan II tahun lalu, dunia merespons pandemi virus corona dengan melakukan pembatasan sosial (social distancing) ketat. Perkantoran dan sekolah ditutup, pusat perbelanjaan tidak boleh beroperasi, restoran tidak boleh melayani pengunjung yang makan-minum di lokasi, tempat wisata tutup, dan sebagainya.
Kebijakan ini berlaku di hampir seluruh negara sehingga membuat perekonomian global rontok. Di Indonesia, misalnya, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2020 adalah -5,32%, terburuk sejak 1998.
Namun sejak akhir kuartal II-2020, social distancing mulai dilonggarkan. Masyarakat sudah boleh beraktivitas, tetapi masih ada batasan di sana-sini bernama protokol kesehatan. Dunia memasuki era normal baru alias new normal.
Sedikit demi sedikit ekonomi mulai pulih. Memang kontraksi (pertumbuhan negatif) masih terjadi pada kuartal III-2020, tetapi melandai ketimbang kuartal sebelumnya.
Kabar baik bertambah dengan hadirnya vaksin anti-virus corona. Vaksin buatan Pfizer-BioNTech, Moderna, sampai Astra Zaneca-Universitas Oxford sudah mulai digunakan di sejulah negara.
Proses vaksinasi memang tidak sebentar, butuh waktu bukan hitungan bulan melainkan tahun. Akan tetapi, proses vaksinasi saja sudah menjadi berita bahagia, setidaknya sekarang sudah ada'senjata' untuk melawan virus yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu. Sesuatu yang masih gelap pada masa-masa awal pandemi.
Oleh karena itu, wajar investor menyongsong 2021 dengan riang-gembira. Umat manusia sudah maju selangkah dalam 'perang' melawan virus corona. Ada harapan kita bisa menang, ada harapan hidup bisa normal dan bahagia seperti dulu lagi.
Optimisme ini membuat pelaku pasar ogah bermain aman, maunya cari cuan di aset-aset berisiko. Dolar AS, yang merupakan ase aman (safe haven), kembali kekurangan peminat.
Pada pukul 07:46 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,1%. Dalam setahun terakhir, indeks ini anjlok hampir 7%. Kalau risk appetite investor terus tinggi seperti sekarang, maka sangat mungkin dolar AS bakal lebh jatuh lagi sehingga ruang penguatan rupiah akan terbuka lebar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Dolar AS Balas Dendam, Rupiah Dibikin KO Hari Ini
