Bukan BUMI, Ternyata Saham Grup Bakrie Ini Paling Cuan 2020

tahir saleh, CNBC Indonesia
04 January 2021 09:32
Aga Bakrie/dok.ANTVklik, Instagram Anindya Bakrie
Foto: Aga Bakrie/dok.ANTVklik, Instagram Anindya Bakrie

Jakarta, CNBC Indonesia - Setidaknya ada 10 saham yang masuk dan terafiliasi dengan Grup Bakrie di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sepanjang tahun lalu, saham-saham Grup Bakrie juga ada yang melesat bahkan jauh di atas kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Data perdagangan BEI mencatat, IHSG ditutup minus 0,95% di level 5.979,07 pada penutupan perdagangan Rabu (30/12/2020) sehingga secara tahun berjalan (year to date) IHSG minus 5,09%.

Sebanyak 10 emiten yang terafiliasi Grup Bakrie yakni PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) sebagai induk bisnis grup, berikutnya ada PT Visi Media Asia Tbk (VIVA), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk (UNSP), dan PT Intermedia Capital (MDIA) yang mengelola stasiun ANTV.

Kemudian ada PT Bakrie Development Tbk (ELTY), PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), PT Darma Henwa Tbk (DEWA), dan satu yang terakhir masih disuspensi sahamnya oleh BEI sejak 27 Mei 2019 yakni PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL).

Kinerja Saham Grup Bakrie (30 Des 2019-30 Des 2020)

1. Energi Mega Persada (ENRG), saham +153% jadi Rp 129, market cap Rp 1,33 T

2. Bumi Resources Minerals (BRMS), +63% Rp 83, market cap Rp 5,89 T

3. Bakrie Sumatera Plantations (UNSP), +20%, Rp 114, market cap Rp 285,02 M

4. Bumi Resources (BUMI), 0,00 Rp 72, market cap Rp 4,91 T

5. Intermedia Capital (MDIA), -1,75%, Rp 56, market cap Rp 2,22 T

6. Visi Media Asia (VIVA), -27,54% Rp 50, market cap Rp 823,21 M

7. Bakrie & Brothers (BNBR), Rp 50, market cap Rp 1,04 T

8. Bakrie Telecom (BTEL), Rp 50, market cap Rp 1,84 T

9. Darma Henwa (DEWA), Rp 50, market cap Rp 1,09 T

10. Bakrieland Development (ELTY), Rp 50, market cap Rp 2,18 T

CNBC Indonesia mencatat, kinerja emiten-emiten Grup Bakrie sebenarnya sempat kinclong di era booming komoditas, sebelum 2008. Saat itu, hampir semua emiten dari grup yang dibangun oleh Achmad Bakrie pada 1942 ini membukukan kinerja positif.

Kinerja yang menjanjikan selama periode booming komoditas tersebut, membuat saham-saham dari Grup Bakrie menjadi idola. Bahkan saham BUMI, sempat dijuluki 'saham sejuta umat' saking banyaknya investor yang punya saham emiten induk Kaltim Prima Coal dan Arutmin Indonesia ini.

Namun krisis keuangan dunia pada 2008 sempat membuat kinerja bursa saham domestik mengalami koreksi dalam. Hampir semua saham dari Grup Bakrie rontok.

NEXT: Kenapa ENRG Jadi Jawara di Grup Bakrie?

Berdasarkan data BEI, saham Grup Bakrie dengan kinerja terbaik di tahun lalu dicatatkan oleh Energi Mega Persada, perusahaan yang fokus pada bisnis pertambangan minyak dan gas (migas).

Dari sisi sentimen global, harga kontrak futures (berjangka) minyak mentah ditransaksikan menguat pada perdagangan, Rabu (30/12/2020).

Namun kenaikan harga si emas hitam masih tertahan lantaran perkembangan wabah Covid-19 yang masih memprihatinkan di seluruh dunia. Pada penutupan tahun 2020, harga minyak masih terkoreksi 20% secara year to date (ytd). Namun kabar baiknya harga si emas hitam sudah tembus US$ 50/barel untuk acuan global Brent.

Tahun lalu, kinerja ENRG memang oke. Hingga kuartal III-2020, produksi minyak perseroan mencapai 4.031 barel minyak per hari (boepd), capaian ini lebih tinggi 71% dibanding periode sama tahun lalu sebesar 2.354 boepd.

Adapun, produksi gas ENRG sebanyak 179 juta kaki kubik per hari (mmcfd) lebih tinggi 28% dari sebelumnya 140 mmcfd.

Sampai dengan September tahun ini, Energi Mega Persada tercatat membukukan perolehan laba bersih sebesar sebesar US$ 42,03 juta atau setara Rp 591,78 miliar dengan asumsi kurs Rp 14.800/US$ pada periode 9 bulan pertama tahun ini.

Perolehan tersebut melesat sebesar 253% dari tahun sebelumnya US$ 11,88 juta, atau setara Rp 167,27 miliar.

Kenaikan laba bersih ini sejalan dengan naiknya penjualan bersih perseroan sebesar 24% menjadi US$ 239,09 juta dari sebelumnya US$ 191,99 juta.

Tahun ini, ENRG berencana menganggarkan belanja modal atau capital expenditure/capex sebesar US$ 100 juta atau setara Rp 1,41 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.160 per US$.

Chief Communication EMP, Adinda Bakrie, sebelumnya mengatakan pada semester I-2020, perseroan telah berhasil menyelesaikan pengeboran 3 sumur di Blok Malacca Strait. Perseroan juga sudah menyelesaikan pengeboran 1 sumur dan sedang melanjutkan pengeboran 1 sumur lainnya di Blok Buzi EPCC di Mozambik, Afrika.

"Tim kami juga tengah memfinalisasi rencana pengembangan di blok Gebang (Sumatera Utara)," kata putri Indra Bakrie ini.

Dia mengatakan pengembangan aset dan aktivitas pengeboran ini sangat penting demi meningkatkan jumlah cadangan migas di portofolio perusahaan dan menjaga kelangsungan produksi perusahaan di masa depan.

"Kami juga memantau keamanan dan kesehatan seluruh karyawan kami dan pemangku kepentingan lainnya dalam situasi pandemi yang tengah berlangsung saat ini.

Di luar ENRG, kinerja saham BRMS dan BUMI juga oke. Sementara itu, beberapa saham Grup Bakrie juga masih berkutat di level Rp50 atau saham gocap yakni BNBR, BTEL yang masih disuspensi, DEWA, dan ELTY.

Director & Corporate Secretary BUMI Dileep Srivastava mengatakan perusahaan optimistis pada pasar batu bara tahun ini, terutama dengan adanya vaksin Covid-19.

Selain itu di pasar global, setelah adanya pemilihan presiden Amerika Serikat diproyeksikan beberapa konflik ekonomi global akan mereda. Dengan begitu permintaan batu bara pun diperkirakan akan meningkat.

"Strategi kami adalah memprioritaskan penjualan domestik, melindungi dan memperkuat pangsa pasar di luar negeri," katanya.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Garap Blok Migas, Emiten Grup Bakrie Rogoh Capex Rp 1,41 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular