
Siap-siap! Kinerja Bumi Resources Diprediksi Melesat di 2021

Jakarta, CNBC Indonesia- Kenaikan harga batu bara dapat mendongkrak kinerja keuangan emiten batu bara terbesar PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang akan terlihat pada kuartal I-2021. Sebagian besar kontrak batu bara perusahaan mengacu pada indeks pada kuartal III-2020, sehingga pada kuartal IV-2020 masih ada kontrak dengan harga batu bara pada kuartal sebelumnya.
"Keuntungan dari kenaikan harga batu bara yang saat ini mencapai US$ 76,7 per ton baru akan terlihat pada penjualan kuartal I-2021," kata Direktur & Corporate Sceretary Perusahaan Dileep Srivastava dalam siaran resminya, Kamis (17/12/2020).
Selain itu, dengan adanya perpanjangan izin usaha pertambangan anak usaha perusahaan PT Arutmin Indonesia menjadi IUPK, dan KPC di tahun 2021, kinerja perusahaan ditargetkan meningkat tahun depan. Apalagi kedua anak usahanya pun telah menyesuaikan rencana produksi yang disetujui melalui RKAB oleh Kementerian ESDM dan akan mencapai minimal angka produksi yang sama dengan tahun ini.
Area yang Arutmin dapatkan dan disetujui untuk perpanjangan IUPK sudah sesuai dengan feasibility study dan rencana produksi 10 tahun ke depan, sehingga tidak akan mengganggu volume profitabilitas Arutmin di tahun 2020 dan 2021.
Dileep juga memastikan BUMI tidak mengalami masalah dalam pembayaran utang dengan kondisi pasar batubara saat ini yang mengalami kenaikan harga batubara. Hal ini akan membantu peningkatan kinerja Perseroan di tahun depan, sehingga dapat mampu untuk terus membayar utang sesuai dengan ketentuan.
Jika harga batubara tahun depan masih stabil di harga US$ 70/ton, maka BUMI dapat membayar utang pokok. Tetapi jika pasar Amerika Serikat dan Cina belum menggeliat dan harga batubara kembali turun ke level US$ 50/ton maka perusahaan hanya akan membayar bunga utang saja.
"Kami akan tetap memastikan untuk memenuhi kewajiban pembayaran utang meski kondisi pasar masih belum stabil," katanya.
Nantinya saat utang dilunasi, kemungkinan perusahaan akan melakukan refinancing, telah diperolehnya IUPK Arutmin, serta perkembangan kinerja BRMS dan Darma Henwa yang menjanjikan, juga pasokan batubara untuk proyek gasifikasi, dapat menjadi pemicu meningkatnya nilai BUMI dalam jangka menengah.
"Kisah BUMI adalah mengenai restrukturisasi dan pemulihan harga saham dan hal ini membutuhkan kesabaran," ujarnya.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Private Placement Lagi, Utang BUMI Lunas?