
Saham BUMI Melesat 14%, Ini Deretan Sentimen Positifnya

Jakarta, CNBC Indonesia- Harga saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) melesat 14,29% pada sesi 1 perdagangan, Kamis (17/12/2020). Harga saham BUMI sempat menyentuh Rp 82, namun ditutup pada Rp 82 di sesi 1.
Volume perdagangan hari ini cukup besar, yakni 2,18 miliar saham diperdagangan pada kisaran Rp 69 sampai Rp 82. Total transaksi pada sesi 1 mencapai Rp 167,8 miliar.
Kenaikan ini terjadi di tengah rumor ada investor kakap yang masuk ke PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), anak usah BUMI
Salah satu transaksi jumbo terjadi di saham BRMS adalah melalui broker Net Sekuritas dengan kode OK, perusahaan yang terafiliasi dengan Grup Salim.
Data perdagangan mencatat, terjadi transaksi pembelian sebanyak 6.310.000 dengan satu kali frekuensi di harga Rp 62 per saham yang menghasilkan transaksi Rp 391,22 miliar. Adapun broker yang menjual adalah PT Danatama Makmur Sekuritas dengan kode II.
Mengacu data BEI, saat ini Net Sekuritas tercatat berkantor di Sudirman Plaza - Indofood Tower lt. 17 Jl. Jend Sudirman Kav. 76-78, Jakarta dengan nilai Modal Kerja Bersih Disesuaikan (MKBD) sebesar Rp 68,51 miliar. Saat ini perusahaan broker ini sahamnya dimiliki Hindarto Budiono sebesar 59,5%. Hindarto adalah Komisaris Utama di perusahaan tersebut.
Sedangkan, 40,5% saham Net Sekuritas digenggam oleh Wito, yang juga menjabat sebagai Direktur Utama.
Namun, selain itu juga ada beberapa katalis positif pendorong saham BUMI. Pertama dan terutama, kabar baik datang dari komoditas dagangan utama BUMI yakni batu legam. Harga kontrak batu bara termal Newcastle berjangka sendiri sudah tembus ke level US$ 80/ton. Ini artinya harga batu bara sudah pulih dari serangan virus corona karena harganya sudah terbang melebihi level awal tahunya (YTD).
Selanjutnya, muncul kabar yang beredar di kalangan para pelaku pasar bahwa Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Minerba akan diundangkan menjadi PP pada Desember ini.
Sebelumnya, Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Tata Kelola Mineral dan Batubara Irwandy Arif mengatakan saat ini Rancangan Peraturan Pemerintah tersebut masih dalam proses harmonisasi antar kementerian. Ditargetkan, RPP Minerba ini bisa disahkan dan diundangkan pada November-Desember ini.
"Ini sudah selesai dalam tahap harmonisasi ya, jadi mungkin sebentar lagi (terbit)," ungkapnya dalam sebuah diskusi bertema 'Prospek Sektor Tambang di tengah Ketidakpastian Ekonomi Global' secara virtual, Selasa (10/11/2020).
Terakhir, China diperkirakan akan membeli batu bara Indonesia senilai US$ 1,47 miliar atau sekitar Rp 20,6 triliun (asumsi kurs Rp 14.100 per US$) pada 2021.
Hal tersebut berdasarkan Nota Kesepahaman (MoU) antara Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) dengan China Coal Transportation and Distribution yang ditandatangani pada Rabu (25/11/2020).
"Kami harapkan adanya peningkatan ekspor batu bara ke China sekitar 200 juta ton di tahun mendatang," ungkap APBI dalam keterangan resminya pada Rabu (25/11/2020), dikutip dari Reuters.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Private Placement Lagi, Utang BUMI Lunas?