
Belum Ada Kabar Happy Jelang Pembukaan Bursa Besok!

Jakarta, CNBC Indonesia - Besok merupakan hari pertama di tahun 2021 perdagangan akan kembali dimulai. Pasar keuangan Asia dan domestik akan buka lebih dahulu. Ada beberapa sentimen yang perlu dicermati oleh para pelaku pasar.
Perkembangan pandemi Covid-19 tentunya masih jadi isu utama yang jadi sorotan. Secara kumulatif sudah ada 84 juta orang yang dilaporkan mengidap Covid-19 di dunia ini. Paling banyak di Amerika Serikat (AS) yang angkanya tembus 20 juta atau hampir menyumbang seperempat dari total kasus.
Program vaksinasi darurat sebenarnya sudah dimulai di AS. Sampai akhir tahun pemerintah mentargetkan ada 20 juta orang yang divaksinasi. Menurut komisioner FDA AS target tersebut realistis.
Namun kenyataannya per akhir Desember baru ada 2,8 juta orang yang divaksinasi. Padahal sebanyak 14 juta vaksin buatan Pfizer dan Moderna sudah didistribusikan ke berbagai negara bagian.
Melihat kasus yang semakin banyak dan tidak terkendali Senator Mitt Romey meminta pemerintah untuk terus menggenjot program vaksinasi Covid-19 secara agresif. Di sisi lain pasar juga tengah mencermati kasus Covid-19 yang semakin merebak di Jepang.
Awalnya Jepang dipuji karena tanpa lockdown pun bisa mengendalikan wabah Covid-19. Kasus relatif bisa ditekan. Namun belakangan ini kasus semakin meningkat. Bahkan dalam sehari Jepang sempat mencatatkan tambahan kasus sebanyak 4.000 lebih dan menjadi kenaikan harian tertinggi yang pernah tercatat.
Saat ini Jepang dikabarkan tengah mempertimbangkan deklarasi darurat nasional. Untuk sementara ini restoran dan tempat karaoke diminta untuk membatasi jam operasional sampai jam 20.00 saja.
Beralih ke Inggris, negara yang sekarang sedang terjangkit varian baru virus Corona tersebut sudah mulai kembali menutup sekolah dasar. Peningkatan kasus baru harian yang tembus angka 50 ribu membuat sistem kesehatan di Inggris hampir kolaps dengan penuhnya rumah sakit.
Di Indonesia kasus baru sudah sering tembus angka 8.000 per hari. Jika tren ini terus dipertahankan maka awal bulan Februari kemungkinan besar kasus di RI bisa tembus satu juta kasus secara kumulatif.
Infeksi Covid-19 yang semakin merebak dan tak terkendali berpotensi memicu terjadinya pengetatan pembatasan atau lockdown. Di saat pasar saham terutama S&P 500 dan Nasdaq yang sedang berada di 'pucuk' tentunya riskan untuk mengalami koreksi mengingat lockdown akan kembali memburamkan prospek pemulihan ekonomi.
Kendati sentimen utamanya masih soal vaksin dan perkembangan Covid-19. Rilis data ekonomi juga menjadi hal yang tak luput dari sorotan. Besok negara-negara Asia seperti Indonesia, Jepang, China hingga Korea Selatan akan merilis data PMI manufaktur bulan Desember.
Berdasarkan perkiraan Trading Economics angka PMI manufaktur bulan Desember Indonesia, China dan Korea akan sedikit lebih rendah dari bulan November.
Dari dalam negeri sentimen juga akan datang dari data rilis inflasi oleh BPS. Inflasi bulan Desember diperkirakan bakal berada di angka 1,6% (yoy). Dengan begitu inflasi untuk tahun 2020 akan berada di bawah target BI 2-4%.
Sentimen juga datang dari rilis indeks keyakinan konsumen (IKK) bulan Desember. IKK diperkirakan bakal mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya. Sejauh ini setelah libur panjang pelaku pasar memang perlu mencerna berbagai fenomena yang terjadi di pasar selama ini.
Bagaimanapun juga investor perlu mewaspadai bahwa sentimen global dan domestik saat ini kebanyakan masih negatif.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perhatian! Tahun Baru 2021, Emas Sudah Tembus US$ 1.900/Oz