3 Perusahaan China Didepak dari Bursa AS, China Ngamuk

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
03 January 2021 15:30
Trader Timothy Nick works in his booth on the floor of the New York Stock Exchange, Thursday, Jan. 9, 2020. Stocks are opening broadly higher on Wall Street as traders welcome news that China's top trade official will head to Washington next week to sign a preliminary trade deal with the U.S. (AP Photo/Richard Drew)
Foto: Bursa saham Amerika Serikat (AS) (AP Photo/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan China dan Amerika Serikat (AS) kembali memanas. China akan mengambil tindakan setelah Bursa Efek New York (New York Stock Exchange/NYSE) menghapus tiga perusahaan telekomunikasinya.

Pada Kamis (31/12/2020) lalu, NYSE mengatakan menghapus China Mobile, China Unicom dan China Telecom. Kementerian Perdagangan AS mengatakan ketiga perusahaan telekomunikasi China itu disinyalir memiliki hubungan dan dikendalikan oleh militer Negeri Tirai Bambu.

Penghapusan ini juga menyusul langkah Presiden Donald Trump pada November lalu, yang melarang investasi AS di 31 perusahaan China, yang menurut pihak AS, dimiliki atau dikendalikan oleh militer China.

Departemen Perdagangan AS juga menambahkan lusinan perusahaan China ke daftar hitam perdagangan pada bulan Desember. Mereka menuduh China menggunakan perusahaannya untuk memanfaatkan teknologi sipil untuk tujuan militer.

"Jenis penyalahgunaan keamanan nasional dan kekuasaan negara untuk menekan perusahaan China tidak mematuhi aturan pasar dan melanggar logika pasar," kata Kementerian Perdagangan China dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Reuters.

"Ini tidak hanya merugikan hak hukum perusahaan China tetapi juga merusak kepentingan investor di negara lain, termasuk Amerika Serikat."

Selain akan mengambil tindakan untuk melindungi perusahaannya, China juga meminta AS untuk mengambil jalan tengah dan mengembalikan hubungan perdagangan bilateral ke jalurnya.

Hubungan antara dua negara ekonomi terbesar di dunia tersebut semakin tegang di tengah serangkaian perselisihan mengenai masalah perdagangan dan hak asasi manusia. Sebelum lengser digantikan Presiden terpilih Joe Biden, pemerintahan Trump juga masih saja meningkatkan ketegangan dengan China.

Meski begitu, para diplomat China menyatakan harapan bahwa pemilihan Biden akan membantu meredakan ketegangan antara kedua negara adidaya tersebut.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Juara Saat Bursa Lain Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular