
2020, Rupiah Runner Up Terburuk di Asia, Yuan Jadi Juaranya!

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan nilai tukar rupiah di sepanjang 2020 bak roller coaster. Meski ditutup mendekati level Rp 14.000 per US$ di akhir tahun, rupiah masih menjadi salah satu mata uang utama Asia yang memiliki kinerja terburuk.
Terakhir, untuk US$ 1 dipatok di Rp 14.040 di arena pasar spot. Awal tahun 2020, rupiah cenderung menguat dan ditransaksikan di bawah Rp 14.000 per US$. Namun kondisi seketika berubah ketika pandemi Covid-19 melanda.
Aksi jual aset-aset keuangan RI berupa obligasi maupun saham oleh investor asing membuat rupiah tertekan. Adanya capital outflow yang masif dari pasar keuangan domestik membuat rupiah sempat terdepresiasi sampai hampir 20% di hadapan greenback pada Maret lalu.
Kala itu pasar finansial global sedang goyang. Investor melego semua aset keuangan yang dimilikinya. Baik saham maupun obligasi dilepas. Sentimen yang benar-benar risk off ketika lockdown marak terjadi di berbagai belahan dunia membuat jargon 'cash is king' menjadi relevan.
Indeks dolar yang mengukur posisi greenback terhadap mata uang lain tiba-tiba melesat tajam. Melihat pasar yang diterpa angin kencang, bank sentral AS Federal Reserves (the Fed) langsung mengambil tindakan.
Suku bunga acuan dibabat habis sampai ke level zero lower bound. Injeksi likuiditas ke sistem keuangan melalui pembelian aset-aset pendapatan tetap seperti obligasi pemerintah dan efek beragun aset KPR atau yang lebih dikenal dengan quantitative easing (QE) kembali dilakukan.
Tidak hanya the Fed, langkah serupa juga dilakukan oleh bank sentral paling berpengaruh lainnya yaitu European Central Bank (ECB), Bank of England (BoE) dan Bank of Japan (BoJ). Seketika pasar menjadi kalem. Investor kembali masuk ke aset-aset keuangan. Dolar pun berangsur melemah.
Kebijakan the Fed yang ultra longgar membuat indeks dolar terus jatuh, bahkan sampai menyentuh level terendahnya dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Sepanjang 2020 indeks dolar yang jadi tolok ukur keperkasaan dolar ambles 6,7%.
Ketika dolar AS jeblok, maka ini jadi momentum bagi mata uang negara lain untuk menguat. Salah satunya adalah mata uang Asia. Pelemahan dolar AS akibat injeksi likuiditas yang masif akan memicu capital outflow dari AS dan masuk aset-aset keuangan negara-negara berkembang.
Aliran modal masuk (inflow) inilah yang membuat mata uang negara berkembang menjadi primadona. Namun sayangnya ketika kebanyakan mata uang negara berkembang di Benua Kuning berhasil finish di zona apresiasi pada akhir 2020, rupiah justru masih terkoreksi.
Sepanjang 2020 rupiah melemah 1,2% di hadapan dolar AS. Rupiah bersama dengan Baht Thailand dan Rupee India menjadi mata uang Asia dengan kinerja terburuk di sepanjang 2020.
Tahun 2020 rupiah menjadi runner up mata uang Asia dengan kinerja terburuk setelah Rupee India yang tercatat melemah lebih dari 2%. Sementara itu mata uang China, Yuan menjadi mata uang yang paling kuat di kawasan Asia dengan apresiasi 6,3% terhadap dolar AS.