Andai Pasar Sudah Dibuka, Rupiah Bisa Tembus Rp 13.900/US$

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
01 January 2021 09:30
Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)
Foto: Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat 0,5% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.040/US$ pada perdagangan Rabu (30/12/2020), yang merupakan perdagangan terakhir pasar spot di tahun 2020.

Seandainya di awal tahun 2021, Jumat (1/1/2021) perdagangan sudah dibuka, rupiah kemungkinan bisa melanjutkan penguatan, bahkan tidak menutup kemungkinan menembus level Rp 13.900-an.

Potensi penguatan rupiah terindikasi dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang pagi ini lebih kuat dibandingkan beberapa saat sebelum penutupan perdagangan Rabu dan Kamis lalu.

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

Aksi jual yang terus melanda dolar AS menjadi kunci penguatan rupiah sejak Rabu kemarin. Maraknya aksi jual the greenback terlihat dari data US Commodity Futures Trading Commission (CFTC) yang menunjukkan nilai posisi jual (short) terhadap dolar AS pada pekan yang berakhir 21 Desember 2020 sebesar US$ 30,15 miliar. Nilai tersebut merupakan yang tertinggi dalam tiga bulan terakhir.

Alhasil, dolar AS terus merosot dan rupiah mampu menguat.

Buruknya kinerja dolar AS terlihat dari indeksnya yang ambrol dua hari terakhir ke level terendah dalam lebih dari 2,5 tahun terakhir. Pada Rabu (30/12/2020) lalu, indeks dolar AS merosot 0,35% ke Rp 89,680, yang merupakan level terendah sejak 19 April 2018.

Walaupun begitu, pada perdagangan akhir tahun 2020 kemarin, dolar AS berhasil menguat kembali, namun tidak terlalu besar, yakni menguat 0,29%.

Hal ini karena kabar positif dari stimulus fiskal yang digelontorkan pemerintah AS. Di awal pekan ini, Presiden AS, Donald Trump, sudah menandatangani rancangan undang-udang (RUU) stimulus fiskal senilai US$ 900 miliar.

Presiden Trump sebentar lagi akan lengser dari jabatannya, dan digantikan oleh Joseph 'Joe' Biden, pada 20 Januari mendatang.

Biden sebelumnya sudah mengatakan akan menggelontorkan stimulus tambahan guna membantu perekonomian AS. Sehingga ke depannya, tekanan bagi dolar AS akan semakin bertambah.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular