Outlook 2021

Tahun Ini Loyo 1,66%, Tahun Depan Rupiah Siap 'Balas Dendam'

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
30 December 2020 17:40
Ilustrasi kelapa sawit. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi kelapa sawit. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Kenaikan harga komoditas juga dapat menguntungkan bagi rupiah. Apalagi, mulai tahun depan harga komoditas akan berada dalam fase supercycle atau tren kenaikan dalam periode yang panjang.

Profesor ekonomi terapan di John Hopkins University, Steve Hanke, dalam wawancara dengan Kitco, Selasa (22/12/2020), mengatakan komoditas termasuk emas akan memasuki fase supercycle tersebut pada tahun 2021 mendatang.

"Supply sangat terbatas, stok rendah, dan ekonomi mulai bangkit dan maju ke depan, harga komoditas akan naik dan memulai supercycle. Saya pikir saat ini kita sudah melihat tanda awalnya," kata Hanke, sebagaimana dilansir Kitco.

Harga-harga komoditas unggulan Indonesia seperti minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan batu bara juga sudah meroket di tahun ini. Jika kenaikan tersebut terus berlanjut, maka pendapatan ekspor tentunya akan semakin meningkat. Hampir seperempat dari total ekspor RI adalah minyak dan lemak hewani atau nabati yang didominasi oleh CPO dan turunannya serta bahan bakar mineral yang kebanyakan adalah batu bara.

Saat pendapatan ekspor meningkat, bukan tidak mungkin Indonesia mempertahankan surplus transaksi berjalan (current account), yang berhasil diraih di kuartal III-2020.

Transaksi berjalan merupakan satu dari dua komponen Neraca Pembayaran Indonesia (NPI), dan menjadi faktor yang begitu krusial dalam mendikte laju rupiah lantaran arus devisa yang mengalir dari pos ini cenderung lebih stabil.

Transaksi berjalan sudah mengalami defisit sejak kuartal IV-2011, sehingga menjadi "hantu" bagi perekonomian Indonesia.

Kala defisit membengkak, Bank Indonesia (BI) akan menaikkan suku bunga guna menarik hot money di pos transaksi modal dan finansial (komponen NPI lainnya) sehingga diharapkan dapat mengimbangi defisit transaksi berjalan, yang pada akhirnya dapat menopang penguatan rupiah.

Namun, kala suku bunga dinaikkan, suku bunga perbankan tentunya ikut naik, sehingga beban yang ditanggung dunia usaha hingga rumah tangga akan menjadi lebih besar. Akibatnya, investasi hingga konsumsi rumah tangga akan melemah, dan roda perekonomian menjadi melambat.

Kini dengan "hantu" CAD yang diperkirakan pergi dari Indonesia untuk pertama kalinya dalam 9 tahun terakhir, akan menjadi modal rupiah untuk menguat.

Namun, surplus transaksi berjalan di tahun ini diraih akibat pandemi Covid-19 yang membuat aktivitas ekonomi mati suri, sehingga impor menjadi merosot. Ketika impor kembali pulih, maka transaksi berjalan berisiko mengalami defisit lagi, sehingga kinerja ekspor perlu digenjot. Kenaikan harga komoditas tentunya bisa mempertinggi pendapatan ekspor.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Dolar AS Tertekan Hingga 2 Tahun ke Depan

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular