
Pamitan sama 2020, Syukur Harga Minyak Tembus US$ 50/barel

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga kontrak futures (berjangka) minyak mentah ditransaksikan menguat pada perdagangan pagi hari ini, Rabu (30/12/2020). Namun kenaikan harga si emas hitam masih tertahan lantaran perkembangan wabah Covid-19 yang masih memprihatinkan di seluruh dunia.
Harga kontrak Brent menguat 0,43% dibanding posisi penutupan kemarin ke US$ 51,31/barel pada 08.50 WIB. Di saat yang sama, kontrak minyak West Texas Intermediate (WTI) juga naik 0,54% ke US$ 48,26/barel.
Jelang penutupan tahun 2020, harga minyak masih terkoreksi 20% secara year to date (ytd). Namun kabar baiknya harga si emas hitam sudah tembus US$ 50/barel untuk acuan global Brent.
The House (DPR AS) yang dipimpin oleh Partai Demokrat memilih untuk memenuhi permintaan Presiden Donald Trump untuk meningkatkan pembayaran bantuan langsung tunai (BLT) Covid-19 kepada warga AS dari sebelumnya US$ 600 menjadi $ 2.000.
Keberadaan stimulus menjadi kunci agar bisa meredam dampak kejatuhan ekonomi lebih lanjut akibat pandemi Covid-19. Stimulus diharapkan dapat menjaga daya beli masyarakat sehingga ketika pandemi usai roda ekonomi bisa langsung melaju kencang.
Hal ini tentunya berdampak positif terhadap permintaan komoditas, salah satunya adalah minyak yang banyak digunakan sebagai bahan bakar. Sentimen positif lain yang mengerek harga minyak adalah vaksinasi darurat Covid-19 yang tengah berjalan di beberapa negara.
Memasuki tahun 2021, program vaksinasi mulai akan digencarkan. Adanya imunisasi ini membuat pasar optimis bahwa mobilitas publik akan kembali pulih dan mengerek permintaan serta harga minyak.
Namun munculnya varian baru virus Corona di Inggris yang dinamai B.1.1.7 itu dikhawatirkan akan memicu lockdown yang masif. Pasalnya varian baru ini diklaim 70% lebih menular dari varian yang awal ditemukan.
Seiring dengan berjalannya waktu varian tersebut juga ditemukan di negara selain Inggris. Saat ini varian baru tersebut sudah ditemukan di setidaknya 27 negara selain Britania Raya.
Pada 20 Desember 2020, sembilan kasus varian baru telah dilaporkan di Denmark, empat di Belgia dan masing-masing satu di Belanda, Australia dan Italia. Tak lama kemudian kasus serupa juga dilaporkan di Islandia dan Gibraltar.
Singapura, Israel dan Irlandia Utara melaporkan kasus pertama mereka pada tanggal 23 Desember. Jerman dan Swiss mengkonfirmasi kasus pertamanya pada 24 Desember dan Republik Irlandia serta Jepang mengkonfirmasi kasus pertama pada 25 Desember.
Kasus pertama di Kanada, Prancis, Lebanon, Spanyol dan Swedia dilaporkan pada 26 Desember. Yordania, Norwegia, dan Portugal melaporkan kasus pertama mereka pada 27 Desember dan Finlandia serta Korea Selatan melaporkan kasus pertama mereka pada 28 Desember.
Varian baru yang disebut lebih menular justru muncul ketika para anggota OPEC+ sepakat untuk menaikkan pasokan minyak sebesar 500 ribu barel per hari (bph) mulai Januari nanti.
Bahkan Rusia mengusulkan untuk menambah lagi pasokan ke pasar sebesar 500 ribu bph pada Februari jika harga minyak stabil di kisaran US$ 45 - US$ 55/ barel. OPEC+ akan menggelar pertemuan di awal tahun depan tepatnya pada 4 Januari 2021.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mesti Senang atau Sedih? Sepekan Harga Minyak Lompat 5%