Wall Street Merah, Bursa Asia Mixed! Nikkei Ikutan Melorot

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
30 December 2020 08:51
A man walks past an electronic stock board showing Japan's Nikkei 225 index at a securities firm in Tokyo Wednesday, Dec. 11, 2019. (AP Photo/Eugene Hoshiko)
Foto: Bursa Jepang (Nikkei). (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia dibuka bervariasi pada perdagangan Rabu (30/12/2020), seiring dari pelemahan bursa saham acuan global, Wall Street pada penutupan perdagangan Selasa (29/12/2020) waktu setempat.

Tercatat hanya dua indeks Asia yang dibuka di zona hijau pada hari ini, yakni Hang Seng Hong Kong yang dibuka menguat 0.48% dan indeks Straits Times Singapura yang naik 0,13%.

Sedangkan sisanya dibuka di zona merah, yakni indeks KOSPI Korea Selatan dibuka terkoreksi 0,27%, Shanghai Composite China melemah 0,13%, dan Nikkei Jepang turun tipis 0,03%.

Berpindah ke Wall Street, tidak indeks utama di bursa saham New York tersebut ditutup melemah. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,22% di 30.335,67. S&P 500 terkoreksi 0,22% menjadi 3.727,04, dan Nasdaq Composite berkurang 0,38% menjadi 12.850,22.

Penurunan DJIA dkk relatif terbatas, menandakan koreksi yang terjadi masih sehat. Wajar apabila investor melakukan aksi jual, sebab kemarin tiga indeks itu menguat dan menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Selain itu, investor tidak yakin dengan prospek kenaikan stimulus fiskal AS. Sebagai informasi, House of Representatives (salah satu dari dua kamar yang membentuk kongres) menyepakati kenaikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dari US$ 600 menjadi US$ 2.000. ini sesuai dengan keinginan Presiden Donald Trump.

Menariknya, justru kubu oposisi Partai Demokrat yang sepakat dengan Trump. Dalam pemungutuan suara, 231 orang anggota House dari Demokrat memberikan persetujuan sementara hanya dua orang yang menolak.

Justru para anggota dari Partai Republik pendukung pemerintah yang menolak. Sebanyak 144 orang anggota House dari Grand Old Party, hanya 44 orang yang memberi "yea".

Namun agar sah menjadi Undang-undang, kenaikan itu harus mendapat restu dari kamar lainnya yaitu Senat. Masalahnya, Senat dikuasai oleh Partai Republik.

"House telah mengambil langkah tegas dengan mengesahkan bantuan sebesar US$ 2.000. Saya serahkan ini ke Senat.

"Para Pekerja, keluarga, dan seluruh rakyat sangat membutuhkan bantuan. Seluruh anggota Senat dari Demokrat mendukung perubahan ini. Mohon anggota dari Republik tidak menghalangi," tegas Chuck Schumer, Pimpinan Partai Demokrat di Senat, dalam cuitan di Twitter.

Sepertinya pelaku pasar kurang yakin kenaikan BLT untuk mengatasi dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) itu bakal gol.

Pasalnya, Republik yang menguasai Senat sejak lama tidak sepakat dengan stimulus fiskal yang terlalu besar karena menyebabkan pembengkakan utang dan menambah beban negara.

Sementara itu di kawasan Asia, data penjualan ritel Korea Selatan (Korsel) telah dirilis pada hari ini. Penjualan ritel Negeri Gingseng tersebut mengalami penurunan pada Desember 2020, yakni turun menjadi -1% secara bulanan (month-on-month/MoM).

Sedangkan secara tahunan (year-on-year/YoY), penjualan ritel Korsel juga turun dari sebelumnya pada November 2020 sebesar 1,2% menjadi 0,7%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular