Untung Hari Ini Tutup Lapak! Jika TIdak, Rupiah Bakal Ambles

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
24 December 2020 08:25
rupiah melemah terhadap Dollar
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia hari ini libur karena karena cuti bersama perayaan Hari Natal. Tidak ada perdagangan di pasar saham, valas, sampai obligasi.

Rupiah memang tidak diperdagangkan di pasar spot. Namun mata uang Tanah Air masih bergerak di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF).

Berikut kurs dolar AS di pasar NDF beberapa saat usai penutupan perdagangan pasar sebelum kemarin dibandingkan hari ini, Kamis (24/12/2020), mengutip data Refinitiv:

Periode

Kurs 23 Desember (15:01 WIB)

Kurs 24Desember (07:12 WIB)

1 Pekan

Rp14.237,4

Rp 14.248,9

1 Bulan

Rp14.248,8

Rp 14.296

2 Bulan

Rp14.315

Rp 14.329,5

3 Bulan

Rp14.352,6

Rp 14.369,95

6 Bulan

Rp14.468,3

Rp 14.491

9 Bulan

Rp 14.606,6

Rp 14.621

1 Tahun

Rp 14.739,1

Rp 14.766,5

2 Tahun

Rp 15.490

Rp 15.520

 

Berikut kurs Domestic NDF (DNDF) yang kali terakhir diperbarui pada 23 Desember pukul 14:21 WIB:

Periode

Kurs

1 Bulan

Rp 14.235

3 Bulan

Rp 14.328

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot. Padahal NDF sebelumnya murni dimainkan oleh investor asing, yang mungkin kurang mendalami kondisi fundamental perekonomian Indonesia.

Rupiah pagi ini melemah di pasar NDF, sehingga kemungkinan besar andai perdagangan pasar spot dibuka maka mata uang Ibu Pertiwi akan terdepresiasi. Apa mau dikata, dolar AS memang sedang perkasa. Dalam sepekan terakhir, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,66%.

Setidaknya ada dua faktor yang mendukung keperkasaan mata uang Negeri Adidaya. Pertama, dolar AS memang sudah terlalu 'murah'.

Selama sebulan ke belakang, Dollar Index anjlok nyaris 2%. Sejak akhir kuartal III-2020 (quarter-to-date) pelemahannya mencapai 3,7%.

Oleh karena itu, pasti akan ada saatnya investor merasa dolar AS sudah sangat menarik karena nilainya terkoreksi dalam. Ini akan mendorong permintaan terhadap dolar AS meningkat sehingga nilai tukarnya menguat.

Kedua, pelaku pasar (dan seluruh dunia) mencemaskan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang semakin sangar. Kini dunia dibikin khawatir dengan kedatangan virus corona jenis baru, yang katanya 70% lebih mudah menular dari sebelumnya.

Virus corona jenis baru ini menyebar di Inggris dan Afrika Selatan. Namun kabarnya sudah sampai ke negara-negara lain seperti Denmark, Belanda, bahkan negara tetangga Australia.

"Publik kini kembali khawatir dengan pandem virus corona. Sentimen positif yang sempat menghinggapi pasar pun terhapus," ujar Shinichiro Kadota, Senior Currency Stragegist di Barclays Capital yang berkedudukan di Tokyo, seperti dikutip dari Reuters.

Penyebaran virus corona yang semakin luas membuat risiko pengetatan pembatasan social (social distancing) semakin tinggi. Artinya, aktivitas dan mobilitas masyarakat akan terhambat sehingga resesi ekonomi dunia sulit terangkat.

Dalam situasi seperti ini, investor kembali memasang mode bermain aman. Bukan sekedar aman, tetapi sangat aman yaitu dengan memegang uang tunai.

Namun bukan sembarang uang tunai yang dipilih, melainkan dolar AS. Maklum, dolar AS adalah mata uang global. Dolar AS bisa menyelesaikan segala urusan mulai dari perdagangan, investasi, sampai pembayaran dividen. Memegang dolar AS adalah Langkah paling aman.

Permintaan dolar AS yang meningkat membuat nilai tukarnya menguat. Penguatan dolar AS menekan mata uang lainnya, termasuk rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular