Inggris Perketat 'PSBB', Awas Dolar AS Ngamuk!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 December 2020 09:10
Masker Virus Outbreak Britain
Foto: Millennium Bridge di London (AP/Frank Augstein)

Dari sisi eksternal, apresiasi dolar AS disebabkan oleh pelemahan mata uang di berbagai negara yang memperketat kebijakan pembatasan sosial (social distancing) demi meredam pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Ambil contoh Inggris.

Akhir pekan lalu, pemerintahan Boris Johnson memutuskan untuk menaikkan 'dosis' social distancing dengan memperkenalkan zona Tier 4, sebelumnya paling pol adalah Tier 3. Tier 4 menandakan wilayah yang paling parah mengalami 'serangan' virus corona.

Salah satu wilayah yang masuk kategori Tier 4 adalah London. Bagi penggemar sepak bola, mungkin sudah menyadari bahwa pertandingan klub-klub ibu kota kembali dihelat tanpa penonton di stadion. Padahal pekan lalu 2.000 suporter sudah diperbolehkan mendukung tim kesayangannya.

Wilayah lain yang juga dicap Tier 4 adalah Bedford, Central Bedfordshire, Luton, Milton Keynes, Basildon, Braintree, Brentwood, Castle Point, Chelmsford, Epping Forest, Harlow, Maldon, Rochford, Southend-on-Sea, Thurrock, Broxbourne, Hertsmere, Three Rivers,Watford, Bracknell Forest, Reading, Slough, West Berkshire, Windsor and Maidenhead, Wokingham, Buckinghamshire, Gosport, Havant, Portsmouth, Hastings, Rother, Hertfordshire, Kent, Medway, dan Surrey. Total ada 16 juta orang yang menghuni daerah-daerah tersebut.

Di daerah berlabel Tier 4, warga benar-benar diimbau untuk #dirumahaja kecuali bekerja, kepentingan yang maha penting, memenuhi kewajiban hukum, sekolah, atau berolahraga sendiri. Warga yang tinggal di luar wilayah Tier 4 dilarang masuk, dan warga Tier 4 tidak boleh menginap di tempat lain.

Pertemuan di luar ruangan dibatasi, satu orang hanya boleh menemui satu orang. Seluruh kegiatan non-esensial seperti kolam renang, pusat kebugaran, bioskop, arena bowling, rumah judi, bar, salon, dan pusat perawatan harus tutup sementara. Aturan mengenai Tier 4 akan dikaji ulang pada 30 Desember 2020.

"Dengan sangat berat hati, saya harus katakan bahwa kita tidak bisa merayakan Hari Natal seperti yang direncanakan sebelumnya. Terus terang, saya tidak punya alternatif lain," ungkap Johnson dalam konferensi pers, sebagaimana diwartakan Reuters.

Hari Natal yang semestinya penuh keceriaan, suka cita, dan kasih kini berubah menegangkan. Dari sisi ekonomi, Hari Natal juga merupakan momentum peningkatan konsumsi rumah tangga. Namun jika tidak ada perayaan, tidak ada kumpul, dan penuh keprihatinan seperti ini, mustahil konsumsi bisa terdongkrak.

Oleh karena itu, perayaan Hari Natal sepertinya tidak akan banyak memberi pengaruh terhadap aktivitas ekonomi. Prospek ekonomi dunia masih suram, semua karena pandemi virus corona. Ini tentu bisa membuat investor memilih mundur dan berpikir ulang untuk masuk ke instrumen berisiko.

Kebetulan dolar AS punya status sebagai instrumen aman (safe haven). Pelaku pasar pun lebih memilih dolar AS ketimbang pondsterling. Akibatnya, sterling melemah 0,84% terhadap dolar AS pada pukul 07:41 WIB.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular