
Tunggu RDG BI, Rupiah Tak Beranjak dari Rp 14.090/US$

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah stagnan melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Kamis (17/12/2020), jelang pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) mulai pukul 14:00 WIB. Di sisi lain, dolar AS sedang tertekan, membuat rupiah berpeluang menguat di sisa perdagangan hari ini.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan di level Rp 14.090/US$, sama persis dengan posisi penutupan kemarin. Setelahnya rupiah sempat melemah 0,18% ke Rp 14.115/US$, tetapi tidak lama kembali ke Rp 14.090/US$ dan tertahan hingga pukul 12:00 WIB.
Gubernur BI Perry Warjiyo dan rekan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) terakhir tahun ini pada 16-17 Desember 2020. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan suku bunga acuan tidak berubah, tetap di 3,75%. Ini adalah rekor terendah sepanjang sejarah.
Sepanjang tahun ini, suku bunga acuan sudah turun 125 basis poin. Lebih dalam ketimbang penurunan tahun lalu sebesar 100 bps.
Pelaku pasar akan melihat sinyal apakah suku bunga masih berpeluang dipangkas tahun depan, atau periode pemangkasan sudah berakhir. Kali terakhir BI memangkas suku bunga bulan November lalu, rupiah menjadi kurang bertenaga, dan kesulitan melewati level Rp 14.000/US$.
Seandaianya BI mengindikasikan periode pemangkasan suku bunga sudah berakhir, rupiah berpeluang menguat kembali.
Di sisi lain, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) juga mengumumkan kebijakan moneter dini hari tadi. The Fed berkomitmen untuk menjalankan program pembelian aset (quantitative easing/QE) sampai pasar tenaga kerja AS kembali mencapai full employment dan inflasi konsisten di atas 2%.
Artinya kebijakan moneter ultra longgar masih akan dipertahankan dalam waktu yang lama. Sehingga dolar AS juga akan tertekan cukup lama, bahkan ada yang memprediksi hingga 2 tahun ke depan.
Selain itu, stimulus fiskal di AS juga sepertinya akan cair dalam waktu dekat. Para pemimpin dari Partai Demokrat dan Republik di House of Representatif (DPR) dan Senat AS masih melakukan perundingan.
"Saya optimistis kita bakal bisa mencapai pemahaman dalam waktu dekat," tutur Pimpinan Mayoritas Senat dari Partai Republik, Mitch McConnel, pada Selasa malam setelah pertemuan tersebut.
Sementara itu Pimpinan Minoritas Senat Chuck Schumer mengatakan bahwa para pimpinan "membuat kemajuan, dan semoga kita bisa mencapai kesepakatan segera."
Jika stimulus fiskal tersebut cair, maka jumlah uang yang beredar di perekonomian akan bertambah, dan secara teori dolar AS akan melemah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'
