
Mau ke Bawah Rp 14.000/US$, Rupiah Tunggu Kode dari BI

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah berakhir stagnan melawan dolar Amerika Serikat (AS) di Rp 14.090/US$ pada perdagangan Rabu kemarin, setelah sebelumnya sempat melemah 0,32%.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menggratiskan vaksin virus corona memberikan sentimen positif ke pasar, membuat rupiah mampu bangkit dari tekanan.
Sementara itu pada perdagangan hari ini, Kamis (17/12/2020), perhatian tertuju pada pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) siang nanti.
Gubernur BI Perry Warjiyo dan rekan menggelar RDG terakhir tahun ini pada 16-17 Desember 2020. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan suku bunga acuan tidak berubah, tetap di 3,75%. Ini adalah rekor terendah sepanjang sejarah.
Sepanjang tahun ini, suku bunga acuan sudah turun 125 basis poin (bps), lebih dalam ketimbang penurunan tahun lalu sebesar 100 bps.
Pelaku pasar akan melihat sinyal apakah suku bunga masih berpeluang dipangkas tahun depan, atau periode pemangkasan sudah berakhir. Kali terakhir BI memangkas suku bunga bulan November lalu, rupiah menjadi kurang bertenaga, dan kesulitan melewati level Rp 14.000/US$.
Saat suku bunga diturunkan, maka imbal hasil investasi juga menurun, alhasil daya tariknya menjadi berkurang. Meski demikian, imbal hasil investasi di Indonesia masih relatif tinggi ketimbang negara-negara emerging market lainnya.
Seandaianya BI mengindikasikan periode pemangkasan suku bunga sudah berakhir, rupiah berpeluang menguat kembali.
Di sisi lain, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) juga mengumumkan kebijakan moneter dini hari tadi. The Fed berkomitmen untuk menjalankan program pembelian aset (quantitative easing/QE) sampai pasar tenaga kerja AS kembali mencapai full employment dan inflasi konsisten di atas 2%.
Artinya kebijakan moneter ultra longgar masih akan dipertahankan dalam waktu yang lama, sehingga dolar AS juga akan tertekan cukup lama, bahkan ada yang memprediksi hingga 2 tahun ke depan.
Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan mengingat rupiah bergerak tipis-tipis beberapa hari terakhir. Rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih dekat level psikologis Rp 14.000/US$.
Rupiah masih jauh di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA 50), 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200), sehingga momentum penguatan masih ada.
Sementara itu, indikator stochastic pada grafik harian mulai masuk wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
![]() jkse |
Stochastic sudah masuk ke wilayah oversold yang berarti ada risiko rupiah akan melemah.
Support terdekat di kisaran kisaran Rp 14.050/US$ penembusan konsisten bawah level tersebut akan membawa rupiah menguat ke level psikologis Rp 14.000/US$.
Jika level psikologis tersebut ditembus, rupiah berpotensi menuju level Rp 13.810/US$ sebelum akhir tahun.
Sementara itu, resisten berada di kisaran Rp 14.130/US$, jika ditembus dan tertahan di atasnya rupiah berisiko melemah lebih jauh ke Rp 14.150/US$, sebelum menuju Rp 14.200/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar AS Balas Dendam, Rupiah Dibikin KO Hari Ini
