
The Fed Bawa Kabar Gembira, Rupiah Ikut Bahagia

Dua, memang betul ekonomi AS sudah jauh membaik sejak menyentuh titik nadir pada kuartal II-2020. Akan tetapi pemulihan itu belum stabil, masih sangat rapuh.
"Sebagian sektor ekonomi masih ringkih, seperti jasa yang memang bergantung kepada kontak antar-manusia. Pelemahan sektor ini bukan karena kondisi pasar keuangan, tetapi penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19)," kata Powell dalam konferensi pers usai rapat, sebagaimana dikutip dari Reuters.
Meski begitu, The Fed tetap berkomitmen untuk memberikan segala daya dan upaya sampai ekonomi AS betul-betul sehat. Hingga itu terjadi, The Fed akan terus menggelontorkan likuiditas ke perekonomian, salah satunya melalui pembelian obligasi. Saat ini The Fed punya program pembelian obligasi pemerintah senilai US$ 120 miliar per bulan.
"Kami tetap melanjutkan program pembelian obligasi hingga terlihat ada perbaikan ekonomi yang substansial ke arah penciptaan lapanga kerja maksimal dan inflasi menuju target 2%," sebut keterangan tertulis FOMC.
Saat The Fed terus memborong obligasi pemerintah, maka pasokan dolar AS bakal membanjir. Ini tentu membuat dolar AS semakin tidak berharga, karena pasokannya melimpah.
Pada pukul 07:43 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) terkoreksi 0,03%. Dalam sebulan terakhir, indeks ini anjlok lebih dari 2%. Dengan tekanan yang terus menghinggapi dolar AS, peluang penguatan rupiah sangat terbuka.
(aji/aji)