Harga Bijih Besi Cetak Rekor, Kurs Dolar Australia Naik Lagi

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 December 2020 12:57
An Australia Dollar note is seen in this illustration photo June 1, 2017. REUTERS/Thomas White/Illustration
Foto: Dolar Australia (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat tipis melawan rupiah pada perdagangan Rabu (16/12/2020). Harga bijih besi yang terus menanjak hingga mencetak rekor tertinggi sepanjang masa menjadi pemicu kenaikan dolar Australia.

Pada pukul 11:44 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.652.55, dolar Australia menguat tipis 0,07% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Kemarin, Mata Uang Kanguru ini menguat 0,41%, padahal sempat melemah di awal perdagangan.

Bijih besi merupakan komoditas ekspor utama Australia berkontribusi sekitar 15% dari total ekspor Australia, sehingga harganya yang melesat tentunya akan meningkatkan pendapatan ekspor.

CNBC International melaporkan harga bijih besi awal pekan ini di Dalian Commodity Exchange China, sudah melewati 1.000 yuan (US$ 152,95) per ton, yang merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Di awal bulan ini, dolar Australia juga mendapat tenaga menguat setelah bank sentralnya (Reserve Bank of Australia/RBA) menunjukkan optimisme terhadap kondisi perekonomian.

Pada hari Selasa (1/12/2020), RBA dalam pengumuman rapat kebijakan moneter hari ini mempertahankan suku bunga 0,1%.

Gubernur RBA, Philip Lowe, menunjukkan sikap optimis perekonomian Australia akan bangkit dari resesi yang terjadi untuk pertama kalinya dalam 3 dekade terakhir. Ia optimis dalam pemulihan ekonomi Australia, sebab perekonomian sudah dibuka kembali dan penambahan kasus baru penyakit virus corona (Covid-19) nyaris 0.

"Pemulihan ekonomi sedang berlangsung, dan data ekonomi yang dirilis belakangan ini lebih baik dari perkiraan sebelumnya," kata Lowe, sebagaimana dilansir Reuters.

"Ini adalah kabar bagus, tetapi pemulihan ekonomi masih belum terjadi secara menyeluruh, dan masih sangat tergantung dari dukungan kebijakan moneter dan fiskal," katanya.

Gubernur Lowe juga menegaskan suku bunga kemungkinan besar tidak akan dinaikkan hingga 3 tahun ke depan, dan siap menggelontorkan stimulus tambahan jika diperlukan.

Sejak dihantam pandemi Covid-19, RBA sudah memangkas suku bunga sebanyak 3 kali, serta menggelontorkan program pembelian aset (quantitative easing/QE). Sementara pemerintah Australia menggelontorkan stimulus fiskal senilai AU$ 300 miliar.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular