Virus Corona Merajalela, Rupiah Terburuk Kedua di Asia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
15 December 2020 16:45
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (15/12/2020). Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) DKI Jakarta yang akan kembali diketatkan membuat rupiah tertekan.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di level Rp 14.070/US$. Depresiasi rupiah semakin membengkak hingga 0,64% ke Rp 14.160/US$.

Posisi rupiah membaik, berada di level Rp 14.100/US$ nyaris sepanjang perdagangan. Di penutupan, rupiah berada di level Rp 14.090/US$, melemah 0,14% di pasar spot

Dengan pelemahan tersebut, rupiah menjadi mata uang dengan kinerja terburuk kedua di Asia. Mayoritas mata uang Asia memang melemah melawan dolar AS hari ini, tetapi tipis-tipis. Hingga pukul 15:08 WIB, rupiah hanya lebih baik dari ringgit Malaysia yang melemah 0,27%.

Sementara baht Thailand menjadi satu-satunya yang menguat. Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.

Dolar AS mampu unggul dari mata uang Asia hari ini sebab statusnya sebagai aset aman (safe haven). Kasus Covid-19 yang melonjak di berbagai negara dan risiko pengetatan pembatasan sosial membuat permintaan dolar AS meningkat.

Walikota New York, Bill De Blasio Senin kemarin mengatakan kemungkinan akan dilakukan "full shutdown" untuk meredam penyebaran Covid-19. Padahal, New York menjadi kota pertama yang dilakukan vaksinasi.

Kemudian dari Inggris, pengetatan pembatasan sosial juga akan dilakukan di London mulai Rabu tengah malam.

Sementara itu dari dalam negeri, Senin malam kemarin, Menko Marves Luhut B. Pandjaitan memerintahkan Gubernur Anies Baswedan untuk kembali memperketat Pembatasan Sosial Berskala Besar di DKI Jakarta akibat penambahan kasus Covid-19 yang terus meningkat.

Sikap pemerintah pusat ini disampaikan Luhut pada Rapat Koordinasi Penanganan Covid-19 di DKI Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim dan Bali secara virtual di Kantor Maritim pada Hari Senin (14/12/2020).

Lebih rinci, Luhut meminta kepada Anies Baswedan untuk mengetatkan kebijakan bekerja dari rumah (work from home) hingga 75%.

"Saya juga minta Pak Gubernur untuk meneruskan kebijakan membatasi jam operasional hingga pukul 19:00 dan membatasi jumlah orang berkumpul di tempat makan, mall, dan tempat hiburan," pintanya.

Selain itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan impor Indonesia pada November 2020 masih mengalami pertumbuhan negatif atau kontraksi. Ini membuat neraca perdagangan kembali mencatat surplus.

Pada November 2020, nilai impor tercatat US$ 12,66 miliar. Turun 17,46% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).

Dengan nilai ekspor yang sebesar US$ 15,28 miliar, maka neraca perdagangan Indonesia pada November 2020 membukukan surplus US$ 2,62 miliar. Kali terakhir neraca perdagangan mengalami defisit adalah pada April 2020.

Sebagai informasi, konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor November 2020 terkontraksi 24,14% YoY. Sementara neraca perdagangan diperkirakan surplus US$ 2,72 miliar.

Surplus neraca dagang tersebut masih belum sanggup memperbaiki posisi rupiah. Sebab jika PSBB kembali diketatkan, pemulihan ekonomi Indonesia kemungkinan akan terhambat lagi di penghujung tahun ini, sehingga akan semakin berat untuk segera lepas dari resesi.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular