
Rupiah Loyo, Dolar KO, Duit Investor Lari ke Mana? Emas Ya?

Pelaku pasar (dan seluruh dunia) mencemaskan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang semakin merajalela. Per 14 Desember 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pasien positif corona di seluruh negara mencapai 71.051.805 orang. Bertambah 574.969 orang (0,82%) dibandingkan sehari sebelumnya.
Dalam 14 hari terakhir (1-14 Desember 2020), rata-rata pasien baru bertambah 610.159 orang setiap harinya. Lebih tinggi ketimbang rerata 14 hari sebelumnya yakni 579.938 orang per hari.
AS masih menjadi negara dengan jumlah pasien positif terbanyak di dunia yaitu 15.860.675 orang per 14 Desember 2020. Menurut catatan Reuters, rata-rata pasien meninggal dunia di Negeri Paman Sam dalam tujuh hari terakhir adalah 2.462 orang per hari. Ini adalah rekor tertinggi sejak virus corona mewabah di AS. Total pasien yang tutup usia mencapai lebih dari 300.000 orang.
Tidak hanya di AS, virus corona pun 'menggila' di Eropa dan Asia. Jerman, Belanda, sampai Inggris memutuskan untuk memperketat pembatasan sosial (social distancing) mengingat ada potensi kerumunan saat perayaan Hari Natal. Sedangkan Korea Selatan memutuskan untuk melibatkan personel militer untuk ikut menegakkan protokol kesehatan.
Optimisme akan kehadiran vaksin anti-virus corona pun mulai mereda. Padahal ini adalah satu-satunya sentimen positif yang mempu mendongkrak keyakinan pelaku pasar.
"Berita soal vaksin menjadi pendorong utama penguatan pasar dalam 3-4 bulan terakhir. Pasar 100% bergantung kepada vaksin," ujar Dennis Dick, Trader di Bright Trading LLC, sebagaimana diwartakan Reuters.
Situasi ini bisa membuat investor berpikir ulang untuk masuk ke instrumen berisiko di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Oleh karena itu, rupiah wajib waspada.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
