Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan dalam negeri kompak menguat sepanjang pekan lalu, tetapi pada hari ini, Senin (14/12/2020), risiko koreksi cukup tinggi sebab kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) yang melonjak. Beberapa negara yang mengalami lonjakan kasus, serta sentimen yang mempengaruhi pasar keuangan hari ini dibahas di halaman 3.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan reli panjang setelah menguat 2,2% ke 5.938,329 sepanjang pekan lalu, bahkan sempat menyentuh level 6.000 untuk pertama kalinya sejak 7 Februari lalu. Meski demikian, data perdagangan mencatat investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 720 miliar di pasar reguler sepanjang pekan lalu dengan nilai transaksi mencapai Rp 89 triliun.
IHSG kini sudah menguat dalam 10 pekan beruntun, dengan total penguatan 20,53%. Dengan penguatan tersebut, Bursa kebanggaan Tanah Air ini menjadi yang terbaik tanpa tanding dalam 10 pekan terakhir dibandingkan dengan bursa saham dunia lainnya.
Rupiah juga membukukan penguatan meski tipis 0,11% melawan dolar AS ke Rp 14.070/US$ sepanjang pekan lalu. Sementara di pasar obligasi, Surat Berharga Negara (SBN) juga mengalami penguatan. Yield SBN tenor 10 tahun turun 1,6 poin menjadi 6,182%.
Pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya, ketika yield turun artinya harga naik, begitu juga sebaliknya.
Sentimen positif datang dari dalam negeri, dimana vaksin virus corona sudah tiba pada hari Minggu (6/11/2020).
Sebanyak 1,2 juta vaksin Covid-19 buatan Sinovac Biotech sudah tiba, hal ini disampaikan langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Saya ingin menyampaikan satu kabar baik, hari ini pemerintah sudah menerima 1,2 juta doss vaksin Covid, vaksin ini buatan Sinovac yang kita uji secara klinis di Bandung dari Agustus lalu," kata Jokowi, seperti dikutip Senin (7/12/2020).
Jokowi mengungkapkan pemerintah juga masih mengupayakan 1,8 juta dosis vaksin yang akan tiba awal Januari 2021.
"Selain vaksin dalam bentuk jadi, bulan ini akan tiba 15 juta dosis vaksin dan Januari 30 juta dosis dalam bentuk bahan baku yang akan diproses lebih lanjut oleh Bio Farma," tambah Jokowi.
Tetapi, pelaksanaan vaksinasi belum bisa dilakukan segera. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartato mengungkapkan meski vaksin sudah data dan berada di Indonesia, pelaksanaan vaksinasi masih harus melalui tahapan evaluasi dari Badan POM guna memastikan aspek mutu dan efektivitas dan fatwa MUI untuk aspek halal.
Selain itu, beberapa data ekonomi juga dirilis dari dalam negeri.
Pada Senin (7/12/2020), Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa hingga akhir bulan lalu sebesar US$ 133,6 miliar. Turun US$ 100 juta dibandingkan Oktober 2020 yaitu US$ 133,7 miliar.
Cadev yang tinggi menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan dalam negeri. BI jadi memiliki lebih banyak amunisi untuk menstabilkan rupiah jika mengalami gejolak. Stabilitas Mata Uang Garuda dapat membuat investor asing lebih nyaman berinvestasi di Indonesia, karena risiko kerugian akibat kurs menjadi berkurang.
Sehari setelahnya, BI melaporkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode November 2020 sebesar 92. Naik tajam dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 79.
IKK menggunakan angka 100 sebagai titik start. Jika masih di bawah 100, maka artinya konsumen belum optimistis dalam memandang situasi ekonomi saat ini dan beberapa bulan ke depan. Jadi sampai bulan lalu, konsumen Tanah Air belum percaya diri, tetapi sudah jauh membaik ketimbang bulan Oktober.
BI juga melaporkan data penjualan ritel yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Oktober 2020 berada di 183,5. Ambles 14,9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY), lebih dalam ketimbang penurunan September 2020 yang 8,7% YoY.
Untuk November 2020, BI memperkirakan penjualan ritel terkontraksi (tumbuh negatif) lebih dalam lagi yakni 15,7% YoY. Terutama disebabkan penurunan penjualan kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi.
Bursa saham AS (Wall Street) melemah sepanjang pekan lalu, tetapi sebelumnya ketiga indeks utama mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Stimulus fiskal di AS masih menjadi fokus utama pelaku pasar, sayangnya stimulus tersebut masih belum cair pekan lalu.
Indeks Dow Jones melemah 0,57%, S&P 500 merosot nyaris 1%, dan Nasdaq turun 0,69%.
Pemerintah maupun Kongres (DPR dan Senat) berusaha untuk mencairkan stimulus tersebut sebelum tahun 2020 berakhir. Tetapi masih ada perbedaan pendapat terkait dengan stimulus nasional dan negara bagian, dukungan untuk pengangguran serta bantuan langsung tunai.
Tanpa stimulus fiskal, jutaan pengangguran di AS akan kehilangan tunjangan pada tahun depan. Klaim pengangguran AS dilaporkan meningkat tajam. Pada pekan yang berakhir 5 Desember 2020, klaim tunjangan pengangguran tercatat 853.000. Naik 137.000 dibandingkan pekan sebelumnya dan menyentuh titik tertinggi sejak pertengahan September 2020.
DPR dan Senat AS pada pekan lalu sudah memperpanjang anggaran federal selama sepekan untuk mencegah shutdown pemerintahan, dan bisa melanjutkan pembasan stimulus fiskal.
"Optimisme akan stimulus fiskal dalam jangka pendek mulai memudar meski pemerintah AS dan DPR menyetujui besarnya stimulus, tetapi masih belum sepakat akan detailnya," tulis Mark Hackett, kepala riset di Nationwide, sebagaimana dilansir CNBC International.
Sentimen pelaku pasar pada hari Jumat masih kurang bagus padahal panel penasihat Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (Food and Durg Administration/FDA) memberikan rekomendasi penggunaan darurat vaksin virus corona buatan Pfizer dan BionTech. Rekomendasi tersebut menjadi langkah terakhir sebelum FDA memberikan persetujuan akhir untuk dilakukan vaksinasi.
Setelah perdagangan sesi AS Jumat pekan lalu berakhir, FDA akhirnya menyetujui penggunaan darurat vaksin Pfizer dan BionTech. Keputusan tersebut tentunya bisa menjadi sentimen positif bagi pasar finansial, termasuk juga di Indonesia pada perdagangan hari ini, Senin (14/12/2020).
"Otorisasi FDA untuk penggunaan darurat vaksin Covid-19 pertama merupakan tonggak penting dalam memerangi pandemi dahsyat yang telah memengaruhi begitu banyak keluarga di AS dan di seluruh dunia," kata komisaris FDA Stephen Hahn dikutip Guardian pada Jumat (11/12/2020).
AS mengikuti negara lain, termasuk Inggris, Kanada, dan Meksiko, yang juga telah mengesahkan vaksin Pfizer-BioNTech untuk penggunaan publik yang lebih luas.
Pemerintah AS berencana untuk mendistribusikan 2,9 juta dosis dalam tempo 24 jam, dan 2,9 juta dosis 21 hari kemudian untuk suntikan kedua.
Vaksinansi besar-besaran pertama akan dilakukan pada Senin pagi (14/12/2020).
Meski demikian, sentimen negatif juga datang dari lonjakan kasus Covid-19 di berbagai negara.
Pemerintah Jerman memutuskan untuk menerapkan partial lockdown alias penguncian wilayah sebagian mulai Rabu (16/12/2020) mendatang. Keputusan itu diambil untuk menekan laju penyebaran virus corona yang melonjak lagi belakangan ini.
Seperti dikutip AFP, Minggu (13/12/2020), partial lockdown akan berlaku hingga 10 Januari 2020. Sejumlah fasilitas yang diminta untuk ditutup adalah toko-toko yang menjual barang-barang non-esensial, salon rambut, hingga sekolah.
Pemerintah juga mendorong perusahaan untuk menerapkan work from home (WFH). Penjualan alkohol dilarang di tempat-tempat umum mendekati hari raya Natal.
Kemudian, Jepang juga mencatatkan rekor dalam penambahan kasus harian Covid-19 dengan kali pertamanya kasus infeksi virus Corona di negara ini melampaui 3.000 kasus pada Sabtu (12/12/2020).
Berdasarkan laporan NHK, seperti dikutip dari Reuters, Minggu (13/12/2020), peningkatan kasus Covid-19 di Jepang ini dipicu dari mulai masuknya musim dingin. Pada Sabtu waktu setempat, berdasarkan laporan NHK, tambahan kasus harian mencapai 3.041.
Korea Selatan juga mencatatkan rekor tambahan kasus baru Covid-19 hingga mencapai 950 pada Sabtu (12/12/2020), melebihi dari puncak jumlah kasus sebelumnya pada akhir Februari yang mencapai 909, sehingga Presiden Korea Selatan Moon-Jae in pun menyebut negara dalam status "darurat" menghadapi gelombang ketiga Covid-19.
Selain itu, kasus Covid-19 di dalam negeri juga menjadi perhatian. Pada Kamis (3/12/2020) kasus Covid-19 mencatat rekor penambahan di atas 8.000 per hari, dan dalam 5 hari terakhir kasus baru selalu lebih tinggi dari 6.000. Minggu kemarin, jumlah kasus baru dilaporkan sebanyak 6.189 kasus.
Rata-rata penambahan kasus dalam 2 pekan terakhir naik menjadi 1,06%, dari 2 pekan sebelumnya 0,95%.
Lonjakan kasus di luar dan dalam negeri tentunya membuat pelaku pasar menjadi was-was, dan berisiko menekan pasar keuangan dalam negeri. Apalagi jika melihat IHSG yang sudah melesat lebih dari 20% dalam 10 pekan terakhir.
Berikut adalah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
- Rilis data sektor manufaktur Jepang (6.50 WIB)
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
TIM RISET CNBC INDONESIA