Tunggu Kabar dari Washington, Rupiah Masih Bisa Menguat Tipis

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 December 2020 09:16
Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerakĀ menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Namun penguatan mata uang Tanah Air tipis saja karena penantian akan kehadiran stimulus fiskal di Negeri Paman Sam membuat investor belum berani bermain agresif, masih wait and see.

Pada Jumat (11/12/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.080 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat tipis 0,07% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan pelemahan tipis 0,07%. Dalam sepekan terakhir, rupiah masih bisa menguat 0,07% secara point-to-point.

Akan tetapi, mulai ada tanda-tanda bahwa laju penguatan rupiah agak melambat. Sepanjang November 2020, rupiah menguat 3,6% di hadapan greenback secara point-to-point. Namun sejak akhir November 2020 hingga kemarin (month-to-date), rupiah tidak meuat dan tidak melemah. Stagnan saja.

Sepertinya investor masih tergoda untuk mencairkan keuntungan yang didapat dari rupiah setelah penguatan tajam yang terjadi bulan lalu. Apresiasi rupiah membuat dolar AS semakin 'murah'.

Melihat dolar AS yang sudah 'murah' itu, siapa yang tidak tertarik? Akibatnya, permintaan dolar AS meningkat dan nilai tukarnya menguat.

Selain itu, faktor eksternal juga menjadi pemberat langkah mata uang Ibu Pertiwi. Mood investor sedang kurang enak, terlihat di bursa saham New York yang ditutup merah.

Dini hari tadi waktu Indonesia, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,23%. Sedangkan S&P 500 berkurang 0,13%.

Pelaku pasar belum berani masuk ke instrumen berisiko karena menunggu kabar dari Washington. Ada kemungkinan pemerintah dan kongres segera menyepakati paket stimulus terbaru.

Steven Mnuchin, Menteri Keuangan AS, mengungkapkan bahwa dirinya sudah berdiskusi dengan para anggota Senat (baik dari Partai Republik maupun Partai Demokrat) soal proposal stimulus dari pemerintah. Menurutnya, pembicaraan berlangsung positif.

"Saya bicara dengan senator dari dua partai, dan pembicaraannya sangat produktif. Sepertinya ada banyak kemajuan. Masih ada beberapa hal yang perlu kami diskusikan," kata Mnuchin, sebagaimana diwartakan Reuters.

Namun meski Mnuchin memberi harapan, tetapi pelaku pasar tidak mau terbuai. Sebab, sudah banyak kejadian pemerintah dan kongres sepertinya akan menyepakati sesuatu tetapi menguap.

"Para pembuat kebijakan masih mencoba membuat kesepakatan stimulus. Sementara ekonomi AS membutuhkan stimulus fiskal karena karantina wilayah (lockdown) semakin meluas. Lockdown akan membuat bisnis tidak bisa beroperasi dan menghambat konsumsi," tulis Joseph Capurso, Strategist di Commonwealth Bank of Australia, seperti dikutip dari Reuters.

Kemarin, angka kematian akibat virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di Negeri Adiaya mencapai 3.253 orang. Ini adalah rekor kematian harian tertinggi tertinggi sejak virus corona mewabah di AS. Kasus aktif juga menyentuh titik tertinggi yaitu sebanyak 106.219 pasien.

Penyebaran virus corona yang semakin mengkhawatirkan membuat banyak negara bagian memperketat kebijakan pembatasan sosial (social distancing). Misalnya di Negara Bagian Virginia, Gubernur Ralph Northam mulai memberlakukan jam malam. Warga dilarang keluar rumah pada pukul 00:00-05:00, berlaku sampai 31 Januari 2021.

"Kasus positif terus naik selama berminggu-minggu. Angkanya semakin tinggi hingga mencapai rekor," keluh Northam dalam sebuah jumpa pers, seperti dikutip dari Reuters.

Pengetatan pembatasan sosial diharapkan efektif untuk mempersempit ruang gerak virus yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu. Namun konsekuensinya sama sekali tidak enteng, aktivitas dan mobilitas masyarakat lumpuh sehingga ekonomi runtuh.

Oleh karena itu, kehadiran stimulus fiskal sangat dinantikan. Stimulus fiskal dapat menjadi perangsang agar produksi dan permintaan tetap berjalan di tengah kondisi yang serba susah seperti sekarang.

Namun karena nasib stimulus fiskal yang maju-mundur bolak-balik tidak jelas juntrungannya, pelaku pasar memilih menahan diri. Mungkin kalau sudah ada kabar yang lebih pasti, baru investor berani untuk bermain menyerang.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Dolar AS Balas Dendam, Rupiah Dibikin KO Hari Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular