Bank Mandiri Raih CNBC Indonesia Award 2020

Jakarta, CNBC Indonesia- PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) meraih penghargaan CNBC Indonesia Award 2020 dalam kategori "The Most Progressive Bank in Digital Excellence".
Apresiasi dari CNBC Indonesia ini diterima secara langsung oleh Direktur Teknologi Informasi Bank Mandiri Rico Usthavia Frans pada malam Penganugerahan CNBC Indonesia Award 2020 bertema "Menyongsong Bangkitnya Ekonomi Indonesia 2021" di Auditorium Menara Bank Mega Jakarta Selatan pada Kamis, (10/12/2020).
Dalam kajian dari Tim Riset CNBC Indonesia, Bank Mandiri menjadi emiten dengan kapitalisasi pasar (market capitalizaton) terbesar keempat di bursa saham nasional tersebut, menjadi bagian dari pelaku usaha perbankan yang melek dengan tantangan disrupsi digital, terutama di tengah kian maraknya fintech.
Perusahaan pelat merah tersebut mulai membangun layanan digital secara agresif pada akhir tahun lalu, dengan menaikan alokasi belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar 30%--setara Rp 2,4 triliun-untuk pengembangan layanan digital.
Kebijakan strategis tersebut tidak bisa dilepaskan dari peran Darmawan Junaidi selaku Direktur Utama Bank Mandiri, yang baru ditunjuk oleh pemegang saham untuk menahkodai bank yang terbentuk pada tahun 1999 ini.
Bagi Bank Mandiri, digitalisasi menjadi kebutuhan prioritas, mengingat perseroan terbentuk dari penggabungan (fusi) empat bank besar yakni PT Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim), PT Bank Dagang Negara (BDN), PT Bank Bumi Daya (BBD), dan PT Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo).
Selama 20 tahun beroperasi dalam satu tubuh, keempat bank tersebut belum sepenuhnya terintegrasi secara sistem teknologi, sehingga digitalisasi menjadi solusi lintas manfaat untuk menggabungkan sistem keempat bank tersebut secara internal.
Secara ekstenal, digitalisasi memperkuat daya saing perseroan di era Revolusi Industri 4.0. Dengan makin dominannya generasi milenial sebagai digital native sebagai nasabah bank, digitalisasi pun berubah menjadi kebutuhan dan bukan hanya tren.
Visi Darmawan tersebut menemukan relevansinya ketika pandemi Corona pecah. kebijakan penjarakan sosial (social distancing) untuk menekan penyebaran virus menuntut layanan konsumen yang minim-pertemuan langsung, sehingga peran layanan digital pun kian krusial.
Tidak heran, selama krisis pandemi berlangsung, Bank Mandiri justru membukukan peningkatan layanan transakasi digital. Pengguna aktif layanan Mandiri Online mencapai 3,8 juta, naik 50% dibandingkan dengan jumlah pengguna aktif pada semester I-2019 yang sebanyak 2,5 juta.
Secara nominal, nilai transaksi Mandiri Online sampai dengan Juni 2020 tumbuh 43% secara tahunan dari Rp 320,2 triliun (Juni 2019) menjadi Rp 459 triliun (Juni 2020). Sementara dari sisi frekuensi, per Juni tercatat ada 264,1 juta transaksi atau lompat 59% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebanyak 165,9 juta.
Progresif di Digital, Efisien di Pandemi
Dalam laporan berjudul "Outlook 2020: Industry Trends and The Challenges Ahead" yang dirilis pada April 2020, Bancography menilai virus Corona memberikan dua pelajaran penting terhadap pelaku industri jasa keuangan dan perbankan.
Pertama, pendapatan perbankan menurun akibat turunnya permintaan kredit dan perlambatan ekonomi, sehingga bank dipaksa menjaga profitabilitas dengan mengurangi beban operasional. Kedua, Covid-19 mengajari masyarakat untuk lebih menekuni layanan berbasis digital.
"Anggap saja krisis Covid-19 mengubah peralihan gradual (dari kantor cabang ke layanan mobile) menjadi peralihan yang tiba-tiba dan akut," tulis Bancography, dalam simpulan laporannya.
Bagi Bank Mandiri, langkah mendigitalisasikan layanannya memang menjadi jawaban di situasi pandemi, terbukti dari kenaikan jumlah pengguna dan intensitas transaksi digital. Di sisi lain, perseroan mencetak penurunan biaya operasi hingga 8,7% di triwulan II-2020 secara kuartalan.
Dengan demikian, digitalisasi layanan merupakan pilihan yang menguntungkan secara bisnis karena ekosistem perbankan digital yang bisa diakses di mana saja membuat rantai bisnis menjadi sangat efisien.
Menurut catatan Bank Mandiri, untuk membuka satu kantor cabang dibutuhkan setidaknya Rp 1,5 miliar, belum termasuk biaya rutin untuk operasional dan perawatan kantor cabang. Dengan digitalisasi biaya-biaya tersebut akan berkurang banyak.
Dalam menjalankan strategi digitalisasi, Bank Mandiri mempunyai 3 pilar utama. Pertama, digitalisasi proses internal. Kedua, moderinisasi kanal yang sudah ada seperti Anjungan Tunai Mandiri (ATM), internet banking, mobile banking, call center menjadi berbasis teknologi digital.
Pilar ketiga adalah leverage digital ecosystem, dengan menciptakan komunitas bisnis berbasis digital melalui kolaborasi dengan marketplace dan e-commerce. Ketiga pilar tersebut dibangun dengan tetap mengedankan aspek risk management dan keamanan teknologi yang prima.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Catat! Para Bankir Terbaik Bakal Buka-bukaan di Event Ini
