Analisis Teknikal

Bahaya Longsor Menanti di Sesi 2, Investor Harap Hati-hati

Putra, CNBC Indonesia
10 December 2020 12:21
Layar pergerakan perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Selasa (24/11/2020). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Layar pergerakan perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan sesi pertama Kamis (10/12/2020) dengan penguatan yang konsisten, dengan tak sekalipun mencicipi teritori negatif sejak pembukaan.

Indeks acuan bursa nasional tersebut menguat 0,66% atau 39,2 poin ke 5.983,601 dengan 245 saham menguat, 207 lain melemah dan 160 sisanya flat. Dengan penguatan hari ini, IHSG tercatat menguat 8,6% sepanjang bulan berjalan.

Nilai transaksi bursa masih sangat tinggi, yakni mencapai Rp 11,5 triliun, dengan 18,6 miliar saham berpindah tangan sebanyak lebih dari 937.000 kali transaksi. Namun, lagi-lagi investor asing memilih membukukan transaksi jual bersih (net sell), sebesar Rp 97 miliar di pasar reguler.

Faktor vaksin masih menjadi pemacu pergerakan IHSG, setelah juru bicara Bio Farma sebelumnya mengatakan tingkat kemanjuran vaksin Covid-19 buatan Sinovac yang diuji klinis di Indonesia punya tingkat efikasi 97%.

Meski Sinovac dan Bio Farma akhirnya memberikan klarifikasi, bahwa data uji klinis interim baru akan diperoleh Januari 2021, pernyataan tersebut dinilai sebagai indikator kuat bahwa pengembangan vaksin kian membuahkan hasil.

Analisis Teknikal

Teknikal IHSGFoto: Tri Putra/CNBC Indonesia
Teknikal IHSG

Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area batas atas maka pergerakan IHSG selanjutnya berpotensi terkoreksi.

Untuk mengubah bias menjadi bullish atau penguatan, perlu melewati level resistance yang berada di area 5.963. Sementara untuk melanjutkan tren bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area 5.889.

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Saat ini RSI berada di area 75 yang menunjukkan adanya indikator jenuh beli dan RSI mulai terkonsolidasi turun. Hal ini biasanya menandakan pergerakan IHSG selanjutnya akan cenderung terdepresiasi.

Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di area batas atas, maka pergerakan selanjutnya cenderung bearish atau terkoreksi. Hal ini juga terkonfirmasi dengan munculnya indikator RSI yang sudah jenuh beli.

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular