
Asing Kabur Rp 731 M, tapi 5 Saham Ini Diborong Investor

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor asing masih melepas saham-saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Selasa pekan ini (8/12/2020) sebesar Rp 687,26 miliar dalam sehari di pasar reguler.
Data perdagangan mencatat, jika ditambah dengan net sell di pasar nego dan tunai, maka aksi jual bersih asing sehari mencapai Rp 730,74 miliar.
Dalam 30 hari perdagangan terakhir, aksi jual bersih asing di pasar reguler mencapai Rp 1,19 triliun.
Adapun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup naik 0,23% di posisi 5.944,41 pada perdagangan sebelum libur Pilkada itu dengan penguatan tertinggi secara harian di level 5.961.
Data perdagangan menunjukkan, nilai transaksi masih tinggi yakni Rp 19,11 triliun dengan volume perdagangan 32,08 miliar saham. Ada 224 saham melesat, 259 saham turun, dan 147 saham stagnan.
IHSG sudah naik 3,84% dalam sepekan terakhir, dan melesat 12,57% dalam 3 bulan terakhir perdagangan akumulatif.
Meski demikian, masih ada lima saham yang banyak diborong asing pada Selasa lalu.
5 Saham Top Foreign Buy, Selasa (8/12)
1. Bank Central Asia (BBCA) net buy Rp 127,2 miliar, saham minus 0,46% Rp 32.450
2. Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Rp 88,5 miliar, saham stagnan Rp 4.400
3. Nippon Indosari Corpindo (ROTI) Rp 10,9 miliar, saham naik 1,91% Rp 1.335
4. United Tractors (UNTR) Rp 10,9 miliar, saham minus 0,74% Rp 26.775
5. Merdeka Copper Gold (MDKA) Rp 6,9 miliar, saham stagnan Rp 2.030
Data BEI mencatat, saham BBCA ditransaksikan sebesar Rp 457,91 miliar dengan volume perdagangan 14,11 juta saham dengan kapitalisasi pasar terbesar di BEI yakni Rp 800,06 triliun.
Adapun saham BBRI ditransaksikan sebesar Rp 355,40 miliar dengan volume 81,27 juta saham dengan kapitalisasi pasar Rp 542,72 triliun.
Sebelumnya pasar saham Asia, termasuk Indonesia juga diprediksi bakal melonjak pada tahun depan. Analisa JPMorgan memperkirakan pasar saham Asia bisa tumbuh 20% pada 2021.
"Saya pikir pasar negara berkembang sangat kurang dimiliki seperti yang kita lihat dalam reli pasar," kata Joyce Chang, Kepala Riset Global JPMorgan, mengatakan kepada "Street Signs Asia" CNBC pada Kamis lalu.
Selain China dan India, banyak pasar negara berkembang lainnya telah dijauhi oleh investor pada tahun 2020 karena sebagian besar berbondong-bondong menuju keamanan.
"Kami sebenarnya netral terhadap China saat ini, tetapi kami telah meningkatkan pasar negara berkembang lainnya yang menurut kami valuasinya menarik, dan ada lebih banyak peluang," kata Chang.
Secara khusus, perusahaan melihat peluang untuk saham di Brasil, Indonesia, Korea Selatan, serta Thailand. Dalam hal industri, Chang mengatakan sektor kebijakan konsumen serta yang terkait dengan hiburan dan rekreasi juga memiliki ruang untuk "mengejar ketinggalan".
Ditanya tentang potensi pasar negara berkembang secara luas untuk mengungguli rekan-rekan pasar maju mereka pada tahun 2021, analis JPMorgan mengatakan saham di negara berkembang dapat melihat keuntungan "dua digit" hingga 20%.
Dalam riset terbaru JPMorgan berjudul "Make Indonesia Great Again", JPMorgan menilai IHSG bisa mencapai 6.800 pada akhir tahun depan.
"Kami berbalik lebih positif pada prospek saham Indonesia tahun 2021, karena kami memperkirakan indeks IHSG akan mencapai rekor tertinggi di 6.800 pada 21 Desember, dengan penguatan rupiah ke Rp 13.500/US $ 1 dan pertumbuhan PDB rebound ke + 4,0% (dari -2% di 2020F)."
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saat Ricuh Demo Buruh Pecah, 10 Saham Ini Cuan Gilak!
