Dolar Masih Kemahalan Nih! Bisa Dimurahin Lagi Kali...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 December 2020 09:04
mata uang rupiah dolar dollar Bank Mandiri
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/A Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Kabar baik dari Washington membuat pelaku pasar berani masuk ke aset-aset berisiko, sehingga mendukung penguatan mata uang Tanah Air.

Hari ini, Selasa (8/12/2020), US$ 1 dibanderol Rp 14.080 kala pembukaan perdagangan pasar spot. Sama persis dibandingkan posisi penutupan perdagangan sehari sebelumnya atau stagnan.

Namun tidak lama kemudian rupiah berhasil menguat. Pada pukul 09:03 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.070 di mana rupiah menguat 0,07%.

Kemarin, rupiah berhasil menutup perdagangan pasar spot dengan penguatan tipis 0,04% di hadapan dolar AS. Padahal rupiah hampir sepanjang hari terbenam di zona merah, baru bisa masuk jalur hijau jelang tutup 'lapak'.

Namun hari ini kemungkinan rupiah lebih nyaman menapaki jalur hijau. Sebab, faktor eksternal sedang mendukung investor untuk bersikap risk-off (abai terhadap risiko).

Pelaku pasar masih terus memantau perkembangan pembahasan stimulus fiskal terbaru di AS. Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mengungkapkan pembicaraan pemerintah dengan kongres berjalan di arah yang benar, semakin dekat dengan kesepakatan.

"Pemerintahan Presiden Donald Trump bersedia menganggarkan dana yang lebih besar untuk distribusi vaksin, bantuan kepada sekolah, dan sebagainya. Kemungkinan untuk mencapai kesepakatan semakin besar," kata Kudlow dalam wawancara dengan Washington Post, sebagainya dikutip oleh Reuters.

Stimulus, plus vaksin anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang akan hadir tidak lama lagi, akan membuat ekonomi AS pulih dengan cepat dan berkelanjutan. Bahkan Kudlow masih meyakini bahwa pemulihan ekonomi AS akan berbentuk huruf V (V-Shaped Recovery).

"Ini tentu jadi kabar buruk buat dolar AS," ujar Joe Manimbo, Senior Market Analyst Western Union Business Solutions yang berbasis di Washington, seperti dikutip dari Reuters.

Sepertinya nasib buruk belum mau pergi dari dolar AS dalam waktu dekat. Berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan Reuters terhadap 72 analis di berbagai negara, 39% di antaranya memperkirakan tren pelemahan mata uang Negeri Adidaya akan berlangsung hingga 1-2 tahun ke depan.

kursSumber: Reuters

"Dolar AS masih terlalu mahal (overvalued) jika Anda melihat perbedaan kebijakan moneter di AS dengan negara-negara lain, misalnya di Eropa. Anda tentu tidak bisa melhat dolar AS terlalu mahal seperti ini," tutur Kt Juckes, Head of FX Strategy Societe Generale, seperti dikutup dari Reuters.

Akan tetapi, pelaku pasar memperkirakan koreksi dolar AS tahun depan tidak akan separah tahun ini. Sebagai catatan, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) anjlok 5,7% sejak akhir tahun lalu alias year-to-date.

Kejatuhan dolar AS tidak akan terlalu parah karena statusnya sebagai mata uang global. Bagaimana pun kebutuhan dolar AS tidak akan habis sama sekali, permintaan akan tetap ada karena dibutuhkan untuk perdagangan, investasi, dan sebagainya.

"Kita semua tahu masalah apa yang membuat dolar AS melemah. Namun kita belum bisa melihat mata uang apa yang bisa menggantikannya," tegas Steve Englander, Head of G10 FX Research Standard Chartered, sebagaimana diwartakan Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular