Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan bervariasi di pekan ini, pelaku pasar mendapat sentimen negatif datang dari dalam negeri dimana kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) mencatat rekor tertinggi, tetapi yang positif justru datang dari eksternal.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan reli menjadi 9 pekan beruntun setelah membukukan penguatan 0,47% ke 5.810,483. Selama periode tersebut, total IHSG melesat nyaris 18% dan berada di level tertinggi sejak Februari.
Meski berhasil menguat, tetapi investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) nyaris Rp 4 triliun sepanjang pekan lalu.
Sementara itu nilai tukar rupiah melemah 0,11% melawan dolar Amerika Serikat (AS) Rp 14.085/US$ sepanjang pekan ini, sekaligus mengakhiri kinerja tak pernah melemah dalam 9 pekan terakhir. Rinciannya, menguat 8 pekan dan sepekan stagnan.
Kemudian harga obligasi mayoritas menguat, tercermin dari yield-nya yang mengalami penurunan. Untuk diketahui, pergerakan yield berbanding terbaik dengan harga obligasi, ketika harga naik yield akan turun, begitu juga sebaliknya.
Yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 1 tahun naik 0,4 basis poin (bps) menjadi 3,801%, sementara yield tenor lainnya menurun. Artinya hanya SBN tenor 1 tahun yang melemah, sisanya menguat.
Yield SBN tenor 10 tahun turun 2 bps menjadi 6,198%, dan masih berada di dekat level terendah sejak Januari 2018.
Tekanan bagi pasar keuangan datang setelah kasus Covid-19 mencetak rekor penambahan harian 6.267 kasus pada hari Minggu (29/11/2020). Rekor tersebut kemudian pecah lagi pada Kamis (3/12/2020), jumlah kasus baru tercatat sebanyak 8.369 orang.
Dalam 2 pekan terakhir, rata-rata penambahan kasus juga meningkat menjadi 1,03% per hari, dibandingkan 2 pekan sebelumnya 0,92% per hari.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito, bahkan mengatakan penambahan kasus tersebut tidak bisa ditoleransi.
"Kita bisa melihat dalam beberapa hari terakhir kita mencatatkan rekor-rekor baru. Sebelumnya kita belum pernah mencapai di atas 5.000, tapi sayangnya kasus positif semakin meningkat bahkan per hari ini menembus lebih dari 8.000 kasus. Ini angka yang sangat besar dan tidak bisa ditolerir," ujar Prof Wiku, dalam konferensi pers Kamis (3/12/2020).
Lonjakan kasus tersebut tentunya membuat investor cemas jika Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akan kembali diketatkan, yang dapat menghambat pemulihan ekonomi Indonesia.
Kabar buruk bagi pasar keuangan dalam negeri Senin (7/12/2020) besok, sebab kasus Covid-19 hari ini dan kemarin di atas 6.000 orang.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI pada Minggu (6/12/2020) hingga pukul 12.00 WIB kasus baru tercatat 6.089, sementara kemarin sebanyak 6.020 kasus.
Alhasil, ada risiko IHSG, rupiah dan pasar obligasi mengalami pelemahan Senin besok.
Selain perkembangan kasus Covid-19 yang berisiko membuat PSBB diketatkan lagi, pekan depan ada beberapa data ekonomi dari dalam negeri yang bisa menggerakkan pasar finansial dalam negeri.
Senin besok akan dirilis data cadangan devisa Indonesia bulan November. Bank Indonesia (BI) sebelumnya di awal November melaporkan per 31 Oktober cadangan devisa sebesar US$ 133,7 miliar, turun US$ 1,5 miliar dibandingkan posisi akhir September.
"Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Oktober 2020 tetap tinggi sebesar US$ 133,7 miliar, meskipun menurun dibandingkan dengan posisi akhir September 2020 sebesar US$ 135,2 miliar. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 9,7 bulan impor atau 9,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," sebut keterangan tertulis Bank Indonesia, Jumat (6/11/2020).
Di bulan November, cadev berpeluang naik kembali, sebab nilai tukar rupiah menguat sehingga kebutuhan intervensi menjadi minim. Selain itu harga komoditas ekspor andalan Indonesia sedang meroket. Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) berada di level tertinggi 8 tahun, kemudian batu bara di level tertinggi 7 bulan.
Peningkatan cadangan devisa bisa menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan dalam negeri. BI jadi memiliki lebih banyak amunisi untuk menstabilkan rupiah jika mengalami gejolak. Stabilitas Mata Uang Garuda dapat membuat investor asing lebih nyaman berinvestasi di Indonesia, karena risiko kerugian akibat kurs menjadi berkurang.
Selain itu data tingkat keyakinan konsumen akan dirilis pada hari Selasa (8/12/2020), dan penjualan ritel pada Rabu (9/12/2020).
Namun pada hari Rabu sudah ditetapkan sebagai libur nasional dalam rangka Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Pelaku pasar tentunya akan memperhatikan apakah pilkada tersebut menimbulkan kerumunan baru yang berisiko membuat kasus Covid-19 melonjak lagi.
Perkembangan vaksin virus corona dan stimulus fiskal di AS masih menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan dalam negeri.
Seperti diketahui sebelumnya, perusahaan farmasi asal AS, Pfizier dan Moderna melaporkan vaksin buatannya sukses menanggulangi virus corona hingga lebih dari 90%.
Selain perusahaan di AS, perusahaan farmasi asal Inggris, AstraZeneca, juga mengumumkan vaksinnya sukses menanggulangi virus corona hingga 90% tanpa efek samping yang serius.
Selain itu, Pfizer dikabarkan sudah mendapatkan ijin dari pemerintahan Britania Raya untuk penggunaan darurat bagi vaksin Pfizer dan partnernya BioNTec Sedangkan ijin dari pemerintahan AS akan datang sebentar lagi, bahkan banyak yang beranggapan bahwa vaksin Pfizer akan disetujui untuk penggunaan darurat sebelum tahun 2021.
Sementara itu pemerintah AS berencana untuk kembali menggelontorkan stimulus fiskal. Dalam keterangan tertulis, Ketua House of Representatives (salah satu dari dua kamar yang membentuk kongres) Nancy Pelosi mengatakan Menteri Keuangan Steven Mnuchin akan mengkaji proposal yang diajukan kubu Partai Demokrat. Salah satunya adalah pemberian vaksin anti-virus corona harus gratis dan bisa dinikmati oleh siapa saja.
Selain itu, Pelosi dan Pemimpin Partai Minoritas di Senat, Chuck Schumer mendukung paket stimulus fiskal senilai US$ 908 miliar. Ini siap digolkan oleh kedua partai politik mayoritas di AS untuk menyokong bisnis kecil dan pengangguran di AS.
Keputusan stimulus harus cepat, karena tenggat waktu pengesahan anggaran tahun fiskal 2021 adalah 11 Desember 2020.
Artinya sebelum hari Jumat waktu AS, stimulus tersebut harus disepakati, jika terealisasi maka sentimen pelaku pasar akan membaik dan pasar keuangan dalam negeri bisa terangkat lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA