Dolar AS Remuk, Euro Meroket ke Level Tertinggi 2,5 Tahun!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
04 December 2020 19:17
Mata Uang Euro. (REUTERS/Lee Jae-Won)
Foto: Mata Uang Euro. (REUTERS/Lee Jae-Won)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar euro meroket melawan dolar Amerika Serikat (AS) di pekan ini, hingga mencapai level tertinggi dalam 2,5 tahun terakhir. Dalam 5 hari perdagangan hingga Jumat (4/12/2020), mata uang 19 negara ini hanya melemah di hari Senin.

Melansir data Refinitiv, pada pukul 18:23 WIB, euro menguat 0,21% ke US$ 1,2166, setelah sebelumnya sempat menyentuh US$ 1,2177 yang merupakan level tertinggi sejak 26 April 2018. Sementara sepanjang pekan ini, euro melesat lebih dari 1,7%.

Analis menyebut, setelah melewati resisten US$ 1,2000, momentum penguatan euro bertambah besar, dan tidak ada resisten yang kuat hingga di US$ 1,2555. Artinya ada potensi euro akan menguat lagi sekitar 3% dari level saat ini.

"Euro bertahan di atas US$ 1,21 untuk pertama kalinya sejak musim semi 2018, meski pekan depan bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) diperkirakan akan menambah stimulus moneter," kata Jane Foley, ahli strategi di Rabobank, sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (4/12/2020).

Ia mengatakan, faktor utama penguatan euro adalah dolar AS yang sedang remuk akibat kebijakan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

"Tidak ada keraguan kebijakan The Fed sukses membuat dolar AS merosot sejak musim semi tahun ini," tambahnya.

The Fed memangkas suku bunga acuannya hingga < 0,25%, dan akan dipertahankan hingga tahun 2023. Selain itu, bank sentral pimpinan Jerome Powell tersebut menggelontorkan program pembelian aset dengan nilai tak terbatas, artinya seberapa pun besar nilainya akan dilakukan selama diperlukan untuk membangkitkan perekonomian AS.

Alhasil, investor banyak melalukan aksi jual dolar AS.

Selain The Fedm pemerintah AS juga menggelontorkan stimulus fiskal dengan nilai fantastis, US$ 2 triliun pada bulan Maret lalu. Dalam perjalanannya, nilai stimulus tersebut bertambah menjadi nyaris US$ 3 triliun.

Kini pemerintah AS berencana untuk kembali menggelontorkan stimulus fiskal. Dalam keterangan tertulis, Ketua House of Representatives (salah satu dari dua kamar yang membentuk kongres) Nancy Pelosi mengatakan Menteri Keuangan Steven Mnuchin akan mengkaji proposal yang diajukan kubu Partai Demokrat. Salah satunya adalah pemberian vaksin anti-virus corona harus gratis dan bisa dinikmati oleh siapa saja.

Selain itu, Pelosi dan Pemimpin Partai Minoritas di Senat, Chuck Schumer mendukung paket stimulus fiskal senilai US$ 908 miliar. Ini siap digolkan oleh kedua partai politik mayoritas di AS untuk menyokong bisnis kecil dan pengangguran di AS

Keputusan stimulus harus cepat, karena tenggat waktu pengesahan anggaran tahun fiskal 2021 adalah 11 Desember 2020.

Selain itu, The Fed juga akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis 17 Desember dini hari WIB. Ada peluang The Fed akan menambah stimulus moneternya dengan meningkatkan nilai QE. 

Saat stimulus fiskal atau moneter tersebut cair, maka jumlah uang yang beredar tentunya akan semakin banyak, secara teori dolar AS akan semakin melemah.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Terbang Tinggi atau Jeblok, Nasib Euro Ditentukan Besok!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular