Penjualan Ritel Tumbuh, Kurs Dolar Singapura Naik Lagi

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
04 December 2020 14:27
FILE PHOTO: A Singapore dollar note is seen in this illustration photo May 31, 2017.     REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo
Foto: Dollar Singapur (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura menguat melawan rupiah pada perdagangan Jumat (4/12/2020), setelah data menunjukkan penjualan ritel Negeri Merlion tumbuh di bulan Oktober.

Pada pukul 12:26 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.575,26, dolar Singapura menguat 0,07% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Data yang dirilis hari ini menunjukkan penjualan ritel Singapura tumbuh 0,2% month-on-month (MoM) di bulan Oktober. Sementara jika dilihat secara tahunan atau year-on-year (YoY) masih turun 8,6%, membaik dibandingkan penurunan bulan September sebesar 10,7% YoY.

Di sisi lain, rupiah mengalami tekanan akibat lonjakan kasus penyakit virus corona (Covid-19) di Indonesia.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kasus baru Covid-19 yang dilaporkan kemarin bertambah sebanyak 8.363. Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito, bahkan mengatakan penambahan kasus tersebut tidak bisa ditoleransi.

"Kita bisa melihat dalam beberapa hari terakhir kita mencatatkan rekor-rekor baru. Sebelumnya kita belum pernah mencapai di atas 5.000, tapi sayangnya kasus positif semakin meningkat bahkan per hari ini menembus lebih dari 8.000 kasus. Ini angka yang sangat besar dan tidak bisa ditolerir," ujar Prof Wiku, dalam konferensi pers Kamis (3/12/2020).

Lonjakan kasus tersebut tentunya membuat investor cemas jika Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akan kembali diketatkan, yang dapat menghambat pemulihan ekonomi Indonesia.

Padahal, rupiah sebelumnya punya modal untuk menguat di pekan ini, setelah sektor manufaktur kembali menunjukkan ekspansi.

IHS Markit melaporkan purchasing managers' index (PMI) manufaktur Indonesia bulan November sebesar 50,6. Naik hampir tiga poin dibandingkan posisi bulan sebelumnya yang sebesar 47,8.

"Seiring dengan relaksasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta pada pertengahan Oktober, perusahaan menggenjot produksi pada bulan lalu. Peningkatan output mencapai titik tertinggi sejak survei PMI Indonesia dilakukan pada 9,5 tahun lalu," sebut keterangan resmi IHS Markit.

"Peralihan ke PSBB Transisi terbukti mampu meningkatkan kinerja sektor manufaktur Indonesia. Namun perusahaan masih ragu untuk meningkatkan kapasitas produksi. Apakah perbaikan PMI ini bisa berlanjut akan sangat tergantung kepada pemulihan permintaan," kata Bernard Aw, Principal Economist IHS Markit, seperti tertuang dalam siaran tertulis.

Sementara itu, IHS Markit PMI manufaktur Singapura bulan November justru turun menjadi 46,7, dari bulan sebelumnya 48,6.

PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di atas 50 berarti ekspansi, di bawahnya berarti kontraksi.

Hingga bulan November, sektor manufaktur Singapura sudah mengalami kontraksi dalam 10 bulan beruntun. Kali terakhir mengalami ekspansi pada Januari lalu, saat virus corona belum menyerang.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Pagi Jeblok Siang Naik, Ini Penyebabnya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular