
Rupiah Harusnya Menguat, Tapi Batal Gegara Corona Keparat!

Per 3 Desember 2020, jumlah pasien positif corona di Indonesia adalah 557.877 orang. Bertambah 8.369 orang (1,52%) dibandingkan posisi hari sebelumnya. Tambahan lebih dari 8.000 pasien dalam sehari adalah rekor tertinggi sejak virus corona mewabah di Ibu Pertiwi.
Dalam 14 hari terakhir (20 November-3 Desember 2020), rata-rata pasien baru bertambah 5.311 orang dalam sehari. Naik tajam dibandingkan 14 hari sebelumnya yatu 4.123 orang per hari.
Laju pertumbuhannya juga semakin cepat. Dalam dua minggu terakhir, pasien baru bertambah rata-rata 1,03% per hari. Lebih tinggi ketimbang dua pekan sebelumnya yakni 0,91% setiap harinya.
Pelaku pasar khawatir jika kondisinya tidak kunjung membaik maka pemerintah akan kembali memperketat kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Pengetatan PSBB sama saja dengan menyuntik mati aktivitas ekonomi.
Sudah terbukti bahwa pengetatan PSBB di DKI Jakarta pada pertengahan September 2020 membuat ekonomi mati suri. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Purchasing Managers' Index (PMI), sampai penjualan ritel ambruk.
Selepas PSBB dikendurkan lagi, kegiatan ekonomi mulai bangkit. PMI manufaktur Indonesia kembali di atas 50 pada November 2020, pertanda bahwa dunia usaha mulai kembali berekspansi.
Namun kalau kasus corona terus-terusan melonjak, maka kesehatan dan keselamatan jiwa tentu jadi prioritas utama. Bukan tidak mungkin pemerintah akan kembali menegakkan PSBB secara murni dan konsekuen. Aktvitas sosial-ekonomi harus mengalah, sehingga Indonesia kian sulit lepas dari jerat resesi.
Benturan antara pelemahan dolar AS dan lonjakan kasus corona membuat langkah rupiah menjadi tidak menentu. Investor yang memilihwait and seemembuat penguatan mata uang Tanah Air tertahan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)