Awali Desember, Dow Futures dkk Menguat di Atas 1%

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
01 December 2020 18:57
FILE -In this June 16, 2020 file photo, a sign for a Wall Street building is shown in New York. Earnings reporting season is about to get underway for big companies, and the forecasts are grim. Wall Street expects S&P 500 companies to report profits plunged by the most since the depths of the Great Recession during the second quarter. Earnings reports tend to matter deeply to investors because stock prices track the path of earnings over the long term.   (AP Photo/Mark Lennihan, File)
Foto: Wall Street (AP/Mark Lennihan)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (1/12/2020) kompak menguat, di tengah kembaliny selera mengambil risiko para pemodal.

Kontrak futures indeks Dow Jones Industrial Average menguat 1,3%, sementara kontrak serupa indeks S&P 500 dan Nasdaq juga menguat masing-masing sebesar 1,2% dan 1%. Sepanjang November, Dow Jones lompat 11,9%, S&P 500 tumbuh 10,8% dan Nasdaq bertambah 11,8%.

Pada penutupan Senin, saham Tesla dan Zoom tercatat sebagai pencetak reli terbesar sepanjang tahun berjalan, masing-masing mencapai 578% dan 603%. Di pasar pra-pembukaan saham teknologi lain terindikasi menguat, seperti Apple, Advanced Micro Devices (AMD), dan Apple.

Sebaliknya, saham asal China cenderung tertekan menyusul keputusan Presiden AS Donald Trump memasukkan perusahaan migas China yakni CNOOC dan produsen chip mereka yakni SMIC ke daftar hitam.

Hal ini memicu kekhawatiran bahwa perusahaan China lain seperti e-commerce JD.com dan Alibaba bakal mengalami nasib yang sama, di mana akses mereka terhadap investor AS bakal dibatasi, sehingga memanaskan hubungan kedua raksasa ekonomi dunia tersebut.

Sentimen positif muncul dari Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index) sektor manufaktur China per November versi Caixin/Markit yng di level 54,9-tertinggi dalam 1 dekade. PMI di atas angka 50 menunjukkan ekspansi dan di bawah itu menunjukkan kontraksi.

Perkembangan corona juga masih menjadi fokus utama, di mana ada nyaris 14 juta pengidap Covid-19 di AS yang berujung pada 274.000 kematian. Di New York, Gubernur Andrew Cuomo mengatakan bahwa pihaknya akan menerapkan kebijakan perawatan darurat.

Kepala Federal Reserve Jerome Powell menilai ekonomi AS sedang berada dalam "ketakpastian luar biasa" menyusul kenaikan kasus Covid-19 baik di dalam maupun luar negeri, yang bisa memicu tantangan ekonomi dalam beberapa bulan ke depan.

"Pemulihan ekonomi secara penuh berada dalam ketakpastian hingga masyarakat percaya bahwa aman untuk melakukan kembali berbagai aktivitas," tuturnya.

Pada hari yang sama, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (Organization of Petroleum Exporting Countries/OPEC) dan sekutunya yang dipimpin Rusia dijadwalkan menggelar rapat kebijakan produksi minyak mentah.

Namun, konferensi OPEC+ tersebut menunda pembicaraan mengenai kebijakan keluaran tahun depan sampai dengan Kamis, menurut laporan Reuters. Pasalnya, pemain kunci kartel minyak tersebut belum sepakat mengenai sebesar apa mereka berproduksi di tengah permintaan lemah.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dow Futures Naik Tipis, Bursa AS Berpeluang Dibuka Menyamping

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular