Menguat 3,6%, Rupiah Terbaik di Asia pada November

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
01 December 2020 16:38
Bursa saham Amerika Serikat (AS)  Wall Street
Foto: Bursa saham Amerika Serikat (AS) (AP Photo/Richard Drew)

Hasil survei 2 mingguan Reuters yang dirilis bulan November lalu menunjukkan pelaku pasar melihat rupiah akan kembali menguat.

Survei dari Reuters tersebut menggunakan rentang -3 sampai 3. Angka positif berarti pelaku pasar mengambil posisi long (beli) terhadap dolar AS dan short (jual) terhadap rupiah. Begitu juga sebaliknya, angka negatif berarti mengambil posisi short (jual) terhadap dolar AS dan long (beli) terhadap rupiah.

Hasil survei terbaru yang dirilis Kamis (26/11/2020) kemarin menunjukkan angka -0,92, turun dari 2 pekan sebelumnya -1,01 yang merupakan angka negatif tersebut merupakan yang tertinggi dalam 6 tahun terakhir.

Semakin tinggi angka negatif artinya pelaku pasar semakin banyak mengambil posisi long rupiah, yang artinya Mata Uang Garuda kembali menjadi salah satu investasi.

Survei tersebut konsisten dengan pergerakan rupiah di tahun ini, kala angka positif maka rupiah cenderung melemah, begitu juga sebaliknya.

Di bulan Januari saat hasil survei menunjukkan angka negatif rupiah terus menguat melawan dolar AS. Pada 24 Januari, rupiah membukukan penguatan 2,29% secara year-to-date (YtD), dan menjadi mata uang terbaik di dunia kala itu.

Pada bulan Maret lalu, ketika rupiah mengalami gejolak, investor mengambil posisi jual (short) rupiah, dengan angka survei yang dirilis Reuters sebesar 1,57. Semakin tinggi nilai positif, semakin besar posisi short rupiah yang diambil investor. Rupiah pun ambruk nyaris 20% Ytd ke ke Rp 16.620/US$, terlemah sejak krisis moneter 1998.

Memasuki bulan April, rupiah perlahan menguat dan hasil survei Reuters menunjukkan posisi short rupiah semakin berkurang, hingga akhirnya investor mengambil posisi long mulai pada 28 Mei lalu. Alhasil rupiah membukukan penguatan lebih dari 15% sejak awal April hingga awal Juni. Namun sejak saat itu, hasil survei didominasi posisi short kembali, hingga akhirnya investor mengambil posisi long lagi di bulan November

Meski posisi long sedikit menurun, tetapi tergolong tinggi. Hasil survei Reuters menyatakan meredupnya daya tarik tersebut sebagai akibat pemangkasan suku bunga yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) pada Kamis (19/11/2020) lalu.

Pemangkasan suku bunga tersebut tentunya menurunkan imbal hasil (yield) berinvestasi di dalam negeri, sehingga daya tarik rupiah sedikit meredup.

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular