Apakah Bursa RI Masih Heboh? Simak Dulu 7 Kabar Pasar Ini

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
01 December 2020 08:37
Layar Pergerakan Saham
Foto: Layar pergerakan perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menutup perdagangan di akhir bulan November 2020, Indeks Harga Saham Gabungan terjerembap 2,95% ke level 5.612 poin.

Kekhawatiran pelaku pasar asing mengenai penanganan Covid-19 di Indonesia yang memburuk dengan penambahan kasus yang meningkat membuat aksi jual tak terhindarkan.

Senin kemarin (30/11/2020), data transaksi mencapai Rp 32,82 triliun dengan frekuensi sebanyak 1,68 juta kali. Investor asing tercatat melakukan aksi jual sebesar Rp 3,27 triliun.

Saham-saham yang banyak ditransaksikan kemarin antara lain, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT XL Axiata Tbk (EXCL) PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Astra International Tbk (ASII).

Sebelum memulai perdagangan Selasa, (1/12/2020), cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia:

1. Dimulai Desember, Ini 4 Skema Restrukturisasi Polis Jiwasraya

PT Asuransi Jiwasraya (Persero) akan mulai melakukan sosialisasi dan restrukturisasi bagi pemegang polis ritel. Polis-polis yang akan direstrukturisasi ini nantinya akan dialihkan ke perusahaan asuransi baru, yakni IFG Life.

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjaatmadja mengatakan terdapat empat opsi restrukturisasi yang akan ditawarkan kepada pemegang polis. Nasabah nantinya yang akan menentukan opsi mana yang akan dipilih sehingga pengembalian dana bisa dilakukan.

"Opsi itu kita tawarkan ke nasabah, ada empat opsi, jadi skema baku. Opsi itu yang pilih nasabah, masing-masing dikasih empat opsi, jadi bukan kita yang pilih opsi mana buat mereka," kata Kartika saat rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, Senin (30/11/2020).

Dia melanjutkan, Jiwasraya akan melakukan cut off ini per 31 Desember 2020. Nilai tersebut nantinya yang akan menjadi acuan bagi perusahaan untuk merestrukturisasi polis nasabah.

2. Krakatau Steel Raih Laba Operasi US$ 72,67 Juta di Q3-2020

PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) berhasil meraih laba operasi sebesar US$ 72,67 juta pada periode Januari-September 2020. Krakatau Steel pun mencetak EBITDA positif sebesar US$ 55,99 juta, meningkat signifikan bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu minus US$ 40,51 juta. Program efisiensi yang dijalankan oleh Krakatau Steel berperan besar dalam raihan kinerja positif ini.

Hingga Kuartal 3-2020, Krakatau Steel telah menurunkan biaya operasi setiap bulannya hingga 50%. Perseroan melakukan efisiensi biaya operasi diantaranya melalui penurunan biaya energi sebesar 41%, biaya utility 21%, biaya consumable 51%, dan biaya spare part 60% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019. Krakatau Steel juga berhasil menurunkan cash cycle dari 82 hari menjadi 62 hari sebagai upaya untuk memperbaiki arus kas.

"Transformasi dan restrukturisasi Krakatau Steel yang dilakukan di segala lini hingga ke seluruh anak perusahaan telah menunjukkan hasil yang baik. Segala upaya yang kami lakukan ini membuat Krakatau Steel mampu bertahan di tengah kondisi perekonomian nasional yang terganggu akibat pandemi Covid-19", ungkap Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim.

3. Kookmin Dukung Penuh, Ini Arah Bisnis Baru Bank Bukopin

PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) menyatakan akan fokus melakukan sejumlah perbaikan dengan masuknya KB Kookmin Bank sebagai pemegang saham pengendali (PSP) yang baru.

Direktur Utama Bank Bukopin, Rivan Ahmad Purwantono mengatakan, masuknya KB Kookmin akan memperkuat fundamental bisnis perusahaan. Adapun beberapa fokus yang akan dilakukan atau transformasi manajemen ke depan antara lain menyelesaikan kredit yang bermasalah atau non performing loan/NPL dan isu mengenai likuiditas.

Dia melanjutkan, dari sisi pemodalan, dengan masuknya PSP yang baru memberikan dampak yang positif. Hal ini terlihat dari indikator rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio /CAR) sampai dengan akhir September yang meningkat menjadi 16,34% dari 12,59% secara tahunan.

Total ekuitas naik 17,27% seiring tambahan modal Rp 3,9 triliun dari dua aksi korporasi, yakni Penawaran Umum Terbatas V pada Juli 2020 dan Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (private placement) pada 2 September 2020.

"Kookmin jadi pengendali dengan kepemilikan 67%, jadi PSP yang baru dan kuat di industri turut meningkatkan kepercayaan publik dan investor," kata Rivan, saat jumpa pers secara virtual, Senin (30/11/2020).

4. Jual Mal & Hotel Rp 1,35 T, Cukup Buat Bayar Utang Duniatex?

Duniatex Group baru saja melakukan penjualan tiga asetnya kepada PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) dengan nilai jual mencapai Rp 1,35 triliun. Aset yang dimaksud antara lain dua pusat perbelanjaan dan satu hotel di Yogyakarta dan Solo.

Berdasarkan keterbukaan informasi yang disampaikan Pakuwon, aset yang dibeli antara lain Hartono Mall Yogyakarta dan Hartono Solo Baru serta Hotel Marriot Yogyakarta.

Aset ini sebelumnya dipegang oleh anak usaha perusahaan, PT Delta Merlin Dunia Properti dan aset tanah milik Sumitro, yang merupakan pemilik grup Duniatex.

Lalu apakah dana tersebut memenuhi kebutuhan untuk menyelesaikan beban keuangan Duniatex yang menggunung dan ramai dibicarakan sejak tahun lalu?

Berdasarkan pemberitaan sebelumnya, pada 26 Juni 2020 lalu total utang perusahaan yang harus diselesaikan bernilai lebih dari Rp 19 triliun.

5. Wah! 6 Gerai Besar Matahari Tutup, Sahamnya Anjlok 4,4%

PT Matahari Departement Store Tbk (LPPF) menutup 6 gerainya hingga akhir tahun ini. Jumlah gerai perusahaan ritel ini akan berkurang dari 153 toko menjadi 147 toko.

Dalam laporannya ke Bursa Efek Indonesia (BEI), seperti dikutip Senin (30/11/2020), gerai yang ditutup ini adalah gerai yang tidak menguntungkan. Lokasi gerai yang ditutup adalah, 4 gerai di Jawa, 1 gerai di Bali, dan 1 gera di Sulawesi.

Selain itu, Matahari juga tidak berencana membuka toko baru hingga akhir tahun dan juga di kuartal I-2021.

Manajemen Matahari mengatakan, ada 23 gerai yang dipantau ketat kinerjanya dan dilihat perkembangannya, untuk kemudian diputuskan apakah akan ditutup juga atau dilanjutkan.

6. Anthoni Salim Girang Indofood Untung Rp 3,75T Saat Pandemi

PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) hingga akhir September 2020 mencatatkan kenaikan laba bersih 6,27% secara tahunan (year on year/YoY). Tercatat laba bersih perusahaan Rp 3,75 triliun, naik dari Rp 3,53 triliun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, nilai laba bersih per saham juga ikut naik menjadi Rp 427, dari sebelumnya senilai Rp 402.

Pendapatan perusahaan secara tahunan naik 1,6%, dari sebelumnya Rp 57,84 triliun di akhir September 2019, menjadi sebesar Rp 58,77 triliun di akhir kuartal III-2020.

Terjadi kenaikan beban keuangan pada periode tersebut menjadi Rp 2,06 triliun dari posisi akhir September 2020 senilai Rp 1,30 triliun. Kenaikan ini karena adanya rugi selisih kurs dari aktivitas pendanaan Rp 887,97 miliar.

7. Waduh! Laba Pemilik Indomaret Anjlok 80% Jadi Hanya Rp 71 M

Perusahaan pemilik ritel Indomaret, PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET), mengalami penurunan laba bersih yang drastis hingga kuartal ketiga 2020. Tercatat terjadi penurunan 79,92% year on year (YoY) laba bersih perusahaan.

Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasi, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk hanya mencapai Rp 71,98 miliar. Nilai ini turun drastis dari posisi akhir kuartal III-2019 yang nilainya Rp 265,84 miliar.

Nilai laba bersih per saham juga ikut turun tajam menjadi Rp 5,08 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp 18,74.

Padahal pada akhir September 2020, perusahaan mencatatkan kenaikan penjualan yang signifikan secara tahunan mencapai 102,82% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan perusahaan tercatat mencapai Rp 316,50 miliar, naik dari posisi Rp 156,04 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular