Internasional

Trump Lempar 'Bom' Lagi ke China, Wall Street Merah Membara

Tri Putra, CNBC Indonesia
01 December 2020 07:05
FILE -In this June 16, 2020 file photo, a sign for a Wall Street building is shown in New York. Earnings reporting season is about to get underway for big companies, and the forecasts are grim. Wall Street expects S&P 500 companies to report profits plunged by the most since the depths of the Great Recession during the second quarter. Earnings reports tend to matter deeply to investors because stock prices track the path of earnings over the long term.   (AP Photo/Mark Lennihan, File)
Foto: Wall Street (AP/Mark Lennihan)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, merah pada penutupan Senin (30/11/2020). Indeks acuan Dow Jones terkoreksi parah 0,89%, Indeks S&P 500 0,45%, dan Nasdaq 0,06%
.
Anjloknya bursa saham Paman Sam terjadi akibat niat Presiden AS Donald Trump melakukan blacklist terhadap dua perusahaan asal China. Sontak saja ulah Trump kembali membuat pasar bereaksi negatif.

Ia akan melakukan memasukkan perusahaan produsen chip SMIC dan perusahaan produsen gas dan minyak offshore CNOOC China dalam blacklist. Kedua perusahaan akan ditutup aksesnya dari para investor AS.

Selain kembali meningkatnya tensi AS-China oleh Trump yang masa kepemimpinanya hanya tinggal 2 bulan lagi, para pelaku pasar juga mulai menarik dananya karena takut angka Covid-19 akan kembali meledak di AS pasca libur panjang hari raya Thanksgiving.



"Hampir pasti akan terjadi kenaikan jumlah kasus corona karena itulah yang akan terjadi apabila banyak masyarakat yang berpergian," ujar Dr. Anthony Fauci ahli penyakit menular top asal AS kepada CNN International.

Sektor energi menjadi salah satu sektor yang tertekan setelah produsen minyak dan gas raksasa dijadwalkan akan bertatap muka untuk mendiskusikan apakah pemangkasan produksi akan dilanjutkan di mana pemangkasan ini dilakukan untuk memperbaiki harga minyak di tengah hantaman corona yang membuat lesu permintaan minyak.

Meskipun demikian muncul kabar baik dari Bank Sentral AS, The Fed yang mengatakan akan memperpanjang stimulus pinjaman yang akan berakhir pada akhir tahun menjadi paling tidak satu kuartal lagi.

Dow Jones sendiri mengakhiri bulan November dengan cukup baik dengan reli 12% dan menjadikan kenaikan bulan ini menjadi yang tertinggi sejak puluhan tahun lalu tepatnya Februari 1987.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Usai Chaos, Wall Street Cetak Rekor! Saham Tesla 'Terbang'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular