Bursa AS Dibuka Variatif di Tengah Aksi Ambil Untung Pemodal

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
30 November 2020 21:35
Trader Timothy Nick works in his booth on the floor of the New York Stock Exchange, Thursday, Jan. 9, 2020. Stocks are opening broadly higher on Wall Street as traders welcome news that China's top trade official will head to Washington next week to sign a preliminary trade deal with the U.S. (AP Photo/Richard Drew)
Foto: Bursa saham Amerika Serikat (AS) (AP Photo/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka varatiif cenderung merah pada perdagangan Senin (30/11/2020), menyusul aksi ambil untung pemodal usai aksi cetak rekor Wall Street kemarin.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 150,6 poin (-0,5%) pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB) dan 5 menit kemudian memburuk jadi 176,85 poin (-0,59%) ke 29.733,52 sementara indeks S&P 500 minus 6,3 poin (-0,17%) ke 3.632,05. Namun, Nasdaq naik 32,7 poin (+0,27%) ke 12.238,52.

Koreksi terjadi setelah Reuters melaporkan bahwa pemerintahan Presiden AS Donald Trump akan memasukkan perusahaan migas China yakni CNOOC dan produsen chip mereka yakni SMIC ke daftar hitam. Dengan begitu, akses mereka terhadap investor AS bakal dibatasi, dan memanaskan hubungan kedua raksasa ekonomi dunia tersebut.

Sepanjang November, Dow Jones telah menguat 12,9% berpeluang mencetak reli bulanan tertinggi sejak Januari 1987, menyusul kabar menggembirakan seputar vaksin. Indeks S&P 500 dan Nasdaq juga naik, masing-masing sebesar 11,3% dan 11,9% menuju kinerja bulanan terbaik sejak April.

Indeks saham gurem, yakni Russell 2000 juga telah menguat 20,6% sepanjang November, menjadi kinerja terbaik sepanjang masa. Saham sektor siklikal yang sensitif dengan pemulihan ekonomi, memimpin reli November.

Sementara itu, saham sektor energi yang mencetak kinerja terburuk pada 2020, mulai membaik dengan kenaikan harga sebesar 33,8% bulan ini. Saham sektor lain seperti keuangan, industri, dan bahan dasar telah menguat setidaknya 13%.

"Reli ini menonjol karena rotasi dari saham berbasis pertumbuhan ke nilai terus mendapatkan momentumnya meski di tengah kabar buruk kasus Covid di berbagai negara dan karantina wilayah [lockdown] kembali diterapkan di berbagai belahan," tutur Chris Zaccarelli, Kepala Investasi Independent Advisor Alliance, sebagaimana dikutip CNBC International.

Virus Covid-19 sejauh ini telah memakan korban 266.000 orang di AS. Menurut tokoh pentolan kesehatan AS Anthony Fauci, Negeri Sam itu tengah menuju periode berat masa pandemi di mana pembatasan dan peringatan perjalanan akan kembali perlu dijalankan.

Pemerintah Los Angeles di California memberlakukan kembali perintah tinggal-di-rumah pada Jumat pekan lalu setelah kasus di negara bagian berpopulasi terpadat di AS itu meningkat pesat. Sementara itu, New York menutup aktivitas belajar-mengajar di sekolah sejak 7 Desember.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Rilis Kinerja Nvidia, Nasdaq & S&P500 Tergelincir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular