Kabar Baik dari Negeri Bollywood, Saham CPO 'Menari-nari'

Tri Putra, CNBC Indonesia
27 November 2020 13:29
CPO
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia -Komoditas  minyak sawit mentah alias Crude Palm Oil (CPO) kembali menjadi menjadi idola setelah harganya terus merangkak naik setelah dipukul oleh pandemi virus Covid-19.

Kali ini kabar baik datang dari India yang dikabarkan akan memangkas bea masuk impor minyak nabati hingga 10%. Hal ini diprediksikan akan meningkatkan impor Negeri Bollywood hingga 100 ribu metrik ton per bulan.

Katalis positif ini direspons oleh harga CPO untuk kontrak pengiriman Februari 2021 di Bursa Malaysia Derivatif Exchange yang berhasil melesat 0,43% dibanding posisi penutupan perdagangan kemarin ke RM 3.241/ton. Level ini sendiri sudah menjadi harga CPO tertinggi sejak 8 tahun terakhir.

Sontak saja saham-saham minyak sawit dalam negeri merespons dengan kenaikan yang tinggi hingga menyebabkan indeks sektoral agrikultur melesat 4,27% jauh melebihi IHSG yang hanya mampu naik 0,11%. Simak tabel berikut.

Kenaikan paling pesat pada perdagangan hari ini dibukukan oleh PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) yang berhasil melesat 12,50% ke level harga Rp 117/unit.

Sedangkan koreksi hanya dibukukan oleh PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) yang terkoreksi 2,04% ke level harga Rp 720/unit.

Untuk emiten sawit dengan kapitalisasi pasar terbesar di BEI yakni PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) juga berhasil melesat 5,99%. Anak usaha Grup Astra di sektor agribisnis ini sementara diperdagangkan di harga Rp 11.500/unit.

Sebelumnya diberitakan,Kementerian Keuangan India mengumumkan pemangkasan bea masuk impor minyak sawit sebesar 10 poin persentase menjadi 27,5%. Pemerintah India dikabarkan mencemaskan harga minyak nabati lokal yang terlalu tinggi.

Opsi pemangkasan bea masuk ini diharapkan dapat membantu pasar untuk kembalicooling down. Berdasarkan laporan S&P Global margin impor saat ini sudah menyentuh angka negatif US$ 25 - US$ 30 per ton.

Sumber di pasar memperkirakan bahwa impor minyak sawit ke India pada bulan Desember dapat meningkat menjadi sekitar 700.000-730.000 mt, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 550.000-600.000 mt.

Pelaku pasar menyambut baik langkah tersebut. Pengurangan bea masuk ini akan menguntungkan untuk impor minyak sawit ke India.

"Ini bullish untuk pasar, terutama mengingat harga tinggi baru-baru ini di India," kata salah satu broker yang berbasis di Singapura, melansir S&P Global.

"Harga sawit telah mengejar ketertinggalan dengan minyak kedelai. Meskipun permintaan minyak sawit melemah akibat penutupan terkait Covid-19 di sektor hotel, restoran dan katering, harga sawit telah melonjak karena terbatasnya pasokan di Malaysia."

Namun ekspor bulan November yang drop membuat harga CPO tertekan sepanjang pekan ini.

Data surveyor kargo Societe Generale de Surveillance mengatakan ekspor produk minyak sawit Malaysia untuk periode 1-25 November turun 21,2% menjadi 1.127.495 ton dari 1.430.899 ton yang dikirim selama 1-25 Oktober.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular