Tiba-tiba 5 Saham Grup Bakrie Bangkit dari 'Kubur', Ada Apa?

tahir saleh, CNBC Indonesia
27 November 2020 06:19
Kaltim Prima Coal (KPC) (dok. kpc.co.id)
Foto: Kaltim Prima Coal (KPC) (dok. kpc.co.id)

CNBC Indonesia mencatat, kinerja emiten-emiten Grup Bakrie sebenarnya sempat kinclong di era booming komoditas, sebelum 2008. Saat itu, hampir semua emiten dari grup yang dibangun oleh Achmad Bakrie pada 1942 ini membukukan kinerja positif.

Kinerja yang menjanjikan selama periode booming komoditas tersebut, membuat saham-saham dari Grup Bakrie menjadi idola. Bahkan saham BUMI, sempat dijuluki 'saham sejuta umat' saking banyaknya investor yang punya saham emiten induk Kaltim Prima Coal dan Arutmin Indonesia ini.

Namun krisis keuangan dunia pada 2008 sempat membuat kinerja bursa saham domestik mengalami koreksi dalam. Hampir semua saham dari Grup Bakrie rontok.

Krisis 2008 juga menandai berakhirnya era booming komoditas. Di sisi lain, emiten Grup Bakrie saat itu dinilai oleh para analis terlalu ekspansif dalam berutang sehingga kinerja keuangan perusahaan Grup Bakrie tersebut mengalami tekanan berat.

Sejak itulah, hingga sekarang saham-saham Grup Bakrie belum lagi menjadi primadona. Tapi ketika harga komoditas mulai naik, tampaknya kondisi mulai berubah.

Tim Riset CNBC Indonesia menilai naiknya harga minyak sawit mentah (CPO), batu bara, dan minyak mentah menjadi salah satu katalis positif yang berpotensi mengerek saham-saham komoditas ke depan, termasuk saham Grup Bakrie.

Selasa lalu, (24/11/2020), harga CPO kontrak pengiriman Februari di Bursa Malaysia Derivatif dibanderol di RM 3.300/ton.

Kendati cenderung drop hampir dalam 2 pekan terakhir, harga CPO masih berada di kisaran tertingginya dalam 8 tahun terakhir. Hal ini diakibatkan oleh sentimen positif kandidat vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Pfizer-BioNTech, Moderna dan AstraZeneca.

Untuk batu bara, harga kontrak batu bara termal Newcastle berjangka juga sudah tembus ke level US$ 68,9/ton. Ini merupakan level tertinggi sejak 30 Maret dan sudah mendekati level awal tahun di kisaran US$ 70/ton.

Director & Corporate Secretary BUMI Dileep Srivastava mengatakan perusahaan optimistis pada pasar batu bara tahun depan, terutama dengan adanya vaksin Covid-19.

Selain itu di pasar global, setelah adanya pemilihan presiden Amerika Serikat diproyeksikan beberapa konflik ekonomi global akan mereda. Dengan begitu permintaan batu bara pun diperkirakan akan meningkat.

"Strategi kami adalah memprioritaskan penjualan domestik, melindungi dan memperkuat pangsa pasar di luar negeri," katanya.

Satu lagi yakni harga minyak mentah dunia. Pada perdagangan Kamis (26/11/2020), harga kontrak futures (berjangka) yang teraktif ditransaksikan menguat lebih dari 0,5%. Pada pukul 09.40 WIB, harga kontrak Brent naik 0,74% ke US$ 48,97/barel dan kontrak West Texas Intermediate (WTI) naik 0,55% ke US$ 45,96/barel.

Akibat berita positif vaksin Covid-19 yang bertubi-tubi di sepanjang bulan ini, harga minyak jadi melambung tinggi. Secara month to date, harga kontrak minyak telah melesat 30%.

Efek ke saham-saham migas di BEI sudah kentara. Misalnya, saham ENRG, perusahaan minyak Grup Bakrie sudah mencatatkan gain 62,26% dalam sebulan terakhir.

Ditambah lagi, rencana ekspansi juga terus akan dilakukan. ENRG berkomitmen untuk terus meningkatkan produksi migas dari portofolio aset-aset yang ada saat ini.

"Pada saat yang bersamaan kami juga mengkaji kemungkinan untuk mengakuisisi aset baru di masa depan," Adinda Bakrie, Chief Communication ENRG, dalam siaran persnya.

Nah....apakah kebangkitan saham Grup Bakrie berlanjut?

(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular