Dolar Singapura "Tarik Tambang" di Kisaran Rp 10.500/SG$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
26 November 2020 11:51
Ilustrasi dolar Singapura (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Singapura (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura turun melemah melawan rupiah pada perdagangan Kamis (26/11/2020), tetapi masih belum mampu lepas dari rentang perdagangan kisaran Rp 10.490 sampai Rp 10.550/SG$ sejak Jumat pekan lalu.

Pada pukul 11:20 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.531,03, dolar Singapura melemah 0,12% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Kemarin, Mata Uang Negeri Merlion ini menguat tipis 0,07%.

Sejak Jumat (20/11/2020) dolar Singapura sebenarnya bergerak "tarik tambang" di kisaran Rp10.500/SG$. Sentimen pelaku pasar yang sedang bagus-bagusnya membuat aliran modal masuk dalam negeri yang membuat rupiah perkasa.

Kemarin di pasar saham Indonesia investor asing melakukan aksi beli bersih (net buy) Rp 268 miliar di pasar regular, dan Rp 581 miliar termasuk pasar tunai dan nego.
Sementara di pasar obligasi, yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun turun 0,8 basis poin. Pergerakan harga obligasi berbanding terbalik dengan yield, ketika harga naik yield akan turun, begitu juga sebaliknya.

Ketika harga naik, artinya terjadi aksi beli, dan kemungkinan aliran modal asing juga masuk ke pasar obligasi.

Meski demikian, dolar Singapura juga cukup kuat, sebab perekonomiannya diprediksi bangkit tahun depan dan kemerosotan ekonomi tahun ini tidak sebeuruk prediksi sebelumnya.

Kementerian Industri dan Perdagangan Singapura kemarin merevisi pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) kuartal III-2020. Sebelumnya PDB dilaporkan mengalami kontraksi (tumbuh negatif) 7% year-on-year (YoY), kini direvisi menjadi negatif 4,8% YoY.

Meski masih mengalami resesi, tetapi kontraksi ekonomi yang dialami jauh membaik ketimbang kuartal II-2020 negatif 13,3% YoY.

Secara kuartalan, PDB periode Juli-September tumbuh 9,2% dibandingkan kuartal II-2020.

"Kinerja ekonomi Singapura yang membaik didukung oleh dimulainya kembali aktivitas secara bertahap pada kuartal ketiga setelah Circuit Breaker yang diterapkan mulai 7 April hingga 1 Juni 2020, serta rebound aktivitas di negara-negara ekonomi utama selama kuartal tersebut saat mereka keluar dari (aturan) penguncian," kata kementerian, dikutip dari CNBC.

Circuit Breaker mengacu pada tindakan penguncian parsial negara yang bertujuan untuk menahan penyebaran virus corona. Singapura mulai mencabut beberapa batasan sejak awal Juni, dengan beberapa ketentuan tetap wajib dilakukan, seperti wajib memakai masker dan topi pada pertemuan.

Kementerian tersebut juga merevisi target PDB tahun ini, dari sebelumnya kontraksi 5%-7% menjadi 6%-6,5%. Sementara tahun depan, PDB diprediksi tumbuh antara 4% hingga 6%.

"Pemulihan ekonomi tahun depan diperkirakan akan bertahap, dan tergantung dari bagaimana kinerja perekomian dunia, serta apakah Singapura mampu tetap mengontrol penyebaran pandemi penyakit virus corona (Covid-19)," kata kementerian tersebut.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular