Benar-benar 'Meledak', Saham Batu Bara Sedang On Fire!

Tri Putra, CNBC Indonesia
26 November 2020 09:49
Aktivitas bongkar muat batubara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara, Senin (19/10/2020). Dalam satu kali bongkar muat ada 7300 ton  yang di angkut dari kapal tongkang yang berasal dari Sungai Puting, Banjarmasin, Kalimantan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)  

Aktivitas dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan meskipun pemerintan telah mengeluarkan aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) transisi secara ketat di DKI Jakarta untuk mempercepat penanganan wabah virus Covid-19. 

Pantauan CNBC Indonesia ada sekitar 55 truk yang hilir mudik mengangkut batubara ini dari kapal tongkang. 

Batubara yang diangkut truk akan dikirim ke berbagai daerah terutama ke Gunung Putri, Bogor. 

Ada 20 pekerja yang melakukan bongkar muat dan pengerjaannya selama 35 jam untuk memindahkan batubara ke truk. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Banyak kabar baik yang menjadi katalis bagi saham batu bara dalam beberapa hari ini. Salah satunya datang dari kontrak pembelian batu bara Indonesia oleh China yang mencapai Rp 20 triliun.

Hal ini menyebabkan saham batu bara melanjutkan reli panjang yang sudah terjadi selama sepekan terakhir setelah kenaikan harga komoditasnya ke level tertinggi selama 7 bulan terakhir serta kabar yang beredar di kalangan para pelaku pasar bahwa Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Minerba akan diundangkan menjadi PP pada akhir November atau awal Desember.

Harga kontrak batu bara termal Newcastle berjangka sendiri sudah tembus ke level US$ 68,9/ton. Ini merupakan level tertinggi sejak 30 Maret dan sudah mendekati level awal tahun di kisaran US$ 70/ton.

Tercatat seluruh emiten batu bara raksasa yang melantai di bursa efek berhasil menghijau pada perdagangan hari ini.

Kenaikan sendiri dipimpin oleh PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) yang berhasil terbang 14,67% ke level Rp 344/unit sedangkan saham batu legam lain dengan kenaikan besar yakni saham sejuta umat PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang berhasil terbang 5,56% ke level Rp 76/unit.

Sedangkan perusahaan batu bara yang identik dengan investor kawakan Lo Kheng Hong yakni PT Indika Energy Tbk (INDY) juga terbang 3,75% ke level Rp 1.520/unit.

Untuk saham batu bara raksasa Pelat Merah PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga berhasil naik 2,19% ke level harga Rp 2.330/unit.

Kemarin dikabarkan China diperkirakan akan membeli batu bara Indonesia senilai US$ 1,47 miliar atau sekitar Rp 20,6 triliun (asumsi kurs Rp 14.100 per US$) pada 2021.

Hal tersebut berdasarkan Nota Kesepahaman (MoU) antara Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) dengan China Coal Transportation and Distribution yang ditandatangani pada hari ini, Rabu (25/11/2020).

"Kami harapkan adanya peningkatan ekspor batu bara ke China sekitar 200 juta ton di tahun mendatang," ungkap APBI dalam keterangan resminya pada hari ini, Rabu (25/11/2020), dikutip dari Reuters.

Namun demikian, jumlah ekspor batu bara ke China tersebut akan dikaji ulang setiap tahunnya.

Hal tersebut dibenarkan oleh Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia kepada CNBC Indonesia. Dia mengakui ada penandatanganan MoU antara APBI dengan China Coal Transportation and Distribution hari ini.

"Iya benar ada tadi signing MoU," ungkapnya tanpa menjelaskan lebih rinci.

Indonesia yang merupakan negara pengekspor batu bara thermal (thermal coal) terbesar di dunia bahkan melakukan promosi penjualan batu bara melalui jalur diplomatik ke kawasan Asia Tenggara seperti Vietnam seiring dengan menurunnya ekspor ke China.

Berdasarkan data Refinitiv, China mengimpor batu bara dari Indonesia selama Januari hingga Oktober 2020 sebesar 86,88 juta ton, turun 24,5% dari 115,03 juta ton pada periode yang sama tahun lalu.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular