Di Tengah Resesi, BEI Pecah Rekor Transaksi & Frekuensi 2020

Monica Wareza, CNBC Indonesia
25 November 2020 18:29
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada perdagangan Rabu (25/11/2020), perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup dengan posisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,38% atau 21,7 poin menjadi 5.679,24 poin.

Penurunan ini terjadi akibat aksi ambil untung meskipun bursa global sedang optimis setelah makin banyaknya calon vaksin Covid-19 efektif sehingga memunculkan optimisme untuk para pelaku pasar.

Selain itu, kabar baik lainnya adalah bakal dimulainya transisi politik dari Donald Trump kepada Joe Biden, presiden AS yang menang dalam pemilu tahun ini.

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono Widodo mengatakan pada perdagangan hari ini, IHSG mencatatkan rekor barunya untuk frekuensi perdagangan dan nilai transaksi tertinggi.

"Merespons kenaikan DJI di US," kata Laksono, sore ini.

Sentimen ini membawa perdagangan di BEI, berhasil menembus nilai transaksi perdagangan tertinggi sepanjang tahun ini dengan nilai perdagangan sepanjang hari ini mencapai Rp 18,16 triliun.

Investor asing mencetak pembelian bersih (net buy) senilai Rp 268 miliar di pasar reguler dengan saham-saham yang ditransaksikan paling banyak yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebanyak 524 miliar dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebanyak Rp 170 miliar.

Sedangkan penjualan dilakukan di PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebanyak Rp 325 miliar dan PT Astra Internasional Tbk (ASII) sebanyak Rp 94 miliar.

Ini merupakan kedua kalinya IHSG memecahkan rekornya sendiri. Terakhir kali mencatatkan nilai transaksi tertinggi tahun ini adalah pada 29 Mei 2020 lalu dengan nilai perdagangan mencapai Rp 16,32 triliun intra day.

Tak hanya nilai transaksi menjadi paling tinggi tahun ini. Frekuensi perdagangan di bursa dalam negeri juga menjadi tertinggi tahun ini.

Berdasarkan data BEI, total frekuensi perdagangan sepanjang hari mencapai 1.417.552 kali. Ini ketiga kalinya frekuensi perdagangan mencapai angka tertingginya selama masa pandemi Covid-19 yang berlangsung sejak Maret 2020 lalu.

Frekuensi tertinggi terjadi pada 8 Juni 2020 dengan total frekuensi transaksi 930.509 kali, dengan nilai perdagangan pada hari tersebut Rp 13,52 triliun.

Sebelumnya, jumlah frekuensi tertinggi terjadi pada 26 Maret 2020 dengan jumlah 879,652 kali.

Posisi IHSG yang terus menguat selama satu bulan terakhir memunculkan optimisme dari kalangan regulator. Otoritas Jasa Keuangann (OJK) menyebut kinerja pasar modal Tanah Air mulai membaik dengan aliran modal asing yang mulai kembali masuk ke pasar saham dalam negeri.

Hingga akhir perdagangan hari ini, tercatat net buy mencapai Rp 581,85 miliar, dengan nilai positif di pasr reguler mencapai Rp 268,01 miliar. Nilai ini, kata Laksono merupakan net buy tertinggi di tahun ini.

Nilai net buy ini terus membaik selama satu bulan terakhir. Berdasarkan akumulasi dari data BEI tercatat bawah terjadi net buy asing mencapai Rp 7,84 triliun di pasar saham dengan total net buy di pasar reguler mencapai Rp 6,54 triliun.

"Maret 2020, indeks turun di bawah 4.000. Saat itu kita segera kita ambil kebijakan untuk menstimulasi ekonomi, sehingga fundamental emiten lebih baik, sentimen positif bisa muncul kembali," kata Wimboh Santoso, Ketua Dewan Komisioner OJK, kemarin Selasa (25/11/2020).

"... kita harapkan bisa mencapai 6.000, karena memang pada saat sebelum Covid di atas 6.000," imbuhnya.

Dia menyebutkan, indikator lainnya yang mendorong penguatan pasar saham di BEI adalah adanya indikasi perbaikan ekonomi dalam negeri yang terlihat dari membaiknya aktivitas ekonomi di Amerika Serikat dan China.

Tanda mulai pulihnya perekonomian juga dapat terbaca dari Indikator PMI Indonesia mengalami peningkatan pada Oktober dari 47,2 ke 47,8.

Namun demikian, tidak begitu dengan beberapa pelaku pasar. Peluang penguatan IHSG memang masih akan terasa, namun diperkirakan sampai akhir tahun ini hanya akan mencapai 5.800.

Dalam pemberitaan sebelumnya disebutkan bahwa hasil pilpres AS dan vaksin membuat pandangan pelaku pasar keuangan terhadap prospek ekonomi berbalik menjadi positif dari sebelumnya negatif atau bahkan stagnan karena pandemi.

Head of Research Mirae Asset Sekuritas Hariyanto Wijaya mengatakan faktor lain turut memicu positifnya reaksi pelaku pasar akibat perkembangan ekonomi terkini terutama pada komoditas nikel dan minyak sawit mentah (CPO).

"Pelaku pasar diyakini akan tetap melihat masih ada harapan terhadap perbaikan kondisi dan memprediksi akan ada perbaikan ekonomi di Indonesia tahun depan," ujarnya.

Equity Analyst PT Phillip Sekuritas Indonesia, Anugerah Zamzami Nasr menilai, paling banter IHSG akan menuju level psikologis 5.700 sampai dengan 5.800 di akhir tahun ini.

"Tapi katalis dari net inflow [aliran modal keluar] yang deras dan progress berita mengenai produksi maupun distribusi vaksin Covid-19 bisa berpeluang membawa indeks ke 5.700-5.800 di akhir tahun," terangnya.

Sentimen lainnya yang dinilai dapat mendongkrak kembali transaksi di pasar saham adalah ramainya emiten yang melakukan penghimpunan dana di pasar modal.

Di pipeline, OJK mencatat jumlah perusahaan yang masih mengantri untuk melakukan IPO mencapai 31 emiten dengan perkiraan dana yang akan dikantongi mencapai Rp 3,44 triliun.

Sementara itu, secara keseluruhan masih terdapat 49 penawaran umum lagi yang masih akan dilakukan dengan perkiraan proceed mencapai Rp 20,76 triliun.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular