
Dolar AS Terpuruk, Euro Dekati Lagi Level Tertinggi 2 Tahun

Jakarta, CNBC Indonesia -Â Nilai tukar euro menguat lagi melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (25/11/2020) mendekati lagi level tertinggi dalam lebih dari 2 tahun terakhir. Meski demikian, euro stagnan melawan rupiah hari ini.
Melansir data Refinitiv, euro siang tadi menguat 0,34% ke US$ 1,1929 di pasar spot. Level tertinggi 2 tahun US$ 1,2011 sebelumnya disentuh pada 1 September lalu. Posisi mata uang 19 negara ini sedikit terkoreksi, pada pukul 17:09 WIB berada di level US$ 1,900 menguat 0,1%. Sementara melawan rupiah, euro stagnan di Rp 16.813,29/EUR.
Sentimen pelaku pasar yang sedang bagus-bagusnya membuat dolar AS terpuruk. Saat sentimen bagus, dolar AS yang menyandang status aset aman (safe haven) menjadi kurang menarik.
Kabar baik datang dari AS di pekan ini. Presiden Donald Trump akhirnya membuka pintu pada transisi ke pemerintahan Presiden terpilih Joseph 'Joe' Biden. Administrasi Layanan Umum (GSA) AS akhirnya membuka sumber daya federal untuk transisi setelah pemblokiran berminggu-minggu, Senin (23/11/2020) malam waktu setempat.
Kini pelaku pasar menatap pemerintahan baru, hal bagus lainnya, Joe Biden dikabarkan menunjuk mantan ketua The Federal Reserve (The Fed), Janet Yellen, sebagai menteri keuangan.
Pelaku pasar percaya wanita yang kini berusia 74 tahun tersebut akan fokus membenahi perekonomian, dan tidak terlibat masalah politik.
Sentimen positif lainnya datang setelah perusahaan farmasi asal AS, Pfizier dan Moderna dalam 2 pekan terakhir melaporkan vaksin buatannya sukses menanggulangi virus corona hingga lebih dari 90%.
Akhir pekan lalu, Pfizer telah resmi mengajukan izin penggunaan darurat (Emergency Use Authorization/EUA) terhadap vaksin anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang mereka kembangkan kepada otoritas pengawas obat dan makanan AS (US FDA). Ini adalah proposal izin EUA pertama yang diajukan ke FDA.
Hasil uji coba akhir vaksin Pfizer dan BioNTech menunjukkan tingkat efektivitas mencapai 95%. Tidak ada efek samping yang signifikan selama pelaksanaan uji coba.
Selain perusahaan di AS, perusahaan farmasi asal Inggris, AstraZeneca, juga mengumumkan vaksinnya sukses menanggulangi virus corona hingga 90% tanpa efek samping yang serius.
Semakin banyak vaksin yang diklaim berhasil mengatasi virus corona tentunya membuat hidup akan normal kembali lebih cepat.
Selain itu, data ekonomi dari Eropa juga menunjukkan kejutan di pekan ini. Di tengah maraknya pengetatan pembatasan sosial hingga karantina (lockdown), sektor manufatur zona euro masih mampu berekspansi.
Jerman, sebagai motor penggerak ekonomi Eropa mampu mempertahankan ekspansi manufakturnya. Markit melaporkan purchasing managers' index (PMI) manufatur bulan ini sebesar 57,9. Meski turun dari bulan lalu 58,2, tetapi masih lebih jauh di atas 50 yang menjadi ambang batas antara ekspansi dan kontraksi.
Zona euro secara keseluruhan juga masih mencatat ekspansi, dengan angka PMI sebesar 53,6. Artinya laju pemulihan ekonomi Benua Biru masih pada jalurnya, yang membuat kurs euro perkasa melawan dolar AS.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Keok di Asia, Rupiah Berjaya di Tanah Eropa dan Amerika!