
Ngeri Kaka! Ada Tanda-tanda IHSG Bakal Longsor Sesi II

Jakarta, CNBC Indonesia - Sempat menyentuh zona merah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona hijau pada penutupan perdagangan sesi pertama Rabu (25/11/2020) melanjutkan optimisme terkait vaksin dan prospek Amerika Serikat (AS) pasca-Trump.
Indeks acuan bursa domsetik tersebut menguat 0,23% atau 13,2 poin menjadi 5.714,224. Sebanyak 219 saham menguat, 211 melemah, dan 178 lainnya tak mengalami perubahan harga. Investor asing mencetak pembelian bersih (net buy) senilai Rp 106 miliar di pasar reguler, di tengah nilai transaksi bursa Rp 11,2 triliun
Pelaku pasar menyambut positif eforia di AS akan mulusnya transisi politik di Negeri Sam, yang akan membantu mempercepat pemulihan ekonomi pasca-pandemi, terutama dengan perkembangan vaksin.
Indeks Dow Jones sukses menembus level psikologis 30.000 setelah Kepala Lembaga Layanan Umum Emily Murphy berkata kepada presiden terpilih Joe Biden bahwa pemerintahan Trump menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk keperluan transisi di Gedung Putih.
Murphy menyatakan keputusan untuk menindaklanjuti kemenangan Biden berminggu-minggu setelah pemilihan presiden (pilpres) pada 3 November. Presiden AS Donald Trump dalam cuitannya mengaku bahwa dia menyetujui langkah itu meski masih "berjuang habis-habisan".
Keputusan Biden yang menunjuk mantan Ketua The Fed Janet Yellen untuk menjadi Menteri Keuangan juga mendorong sentimen positif di kalangan investor. Jika Senat menyetujui, Yellen akan menjadi perempuan pertama yang menduduki jabatan tersebut di AS.
Analisis Teknikal
![]() IHSG |
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area batas atas dengan BB yang kembali melebar maka pergerakan IHSG selanjutnya berpotensi terkoreksi.
Untuk mengubah bias menjadi bullish atau penguatan, perlu melewati level resistance yang berada di area 5.746. Sementara untuk melanjutkan tren bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area 5.703.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 75 yang menunjukkan adanya indikator jenuh beli serta RSI terkonsolidasi turun setelah sebelumnya menyentuh level 80 yang biasanya menandakan pergerakan IHSG selanjutnya akan cenderung terdepresiasi.
Selain itu muncul candlestick shooting star pada kenaikan IHSG sehingga biasanya menujukkan akan adanya pembalikan arah alias reversal yang menandakan IHSG akan terkoreksi.
Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di area batas atas, maka pergerakan selanjutnya cenderung bearish atau terkoreksi. Hal ini juga terkonfirmasi dengan munculnya indikator RSI yang sudah jenuh beli dan terkonsolidasi turun dan munculnya candle shooting star.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000