Drop ke Level RM 3.300/Ton, Harga CPO Masih Tertinggi 8 Tahun

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
24 November 2020 11:43
Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat. Kamis (13/9). Kebun Kelapa Sawit di Kawasan ini memiliki luas 1013 hektare dari Puluhan Blok perkebunan. Setiap harinya dari pagi hingga siang para pekerja panen tandan dari satu blok perkebunan. Siang hari Puluhan ton kelapa sawit ini diangkut dipabrik dikawasan Cimulang. Menurut data Kementeria Pertanian, secara nasional terdapat 14,03 juta hektare lahan sawit di Indonesia, dengan luasan sawit rakyat 5,61 juta hektare. Minyak kelapa sawit (CPO) masih menjadi komoditas ekspor terbesar Indonesia dengan volume ekspor 2017 sebesar 33,52 juta ton. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Reli harga komoditas minyak sawit mentah (CPO) Malaysia agak tertahan meskipun kabar positif pengembangan vaksin Covid-19 datang bertubi-tubi. Reli kencang yang membawa harga CPO ke level tertinggi 8 tahun disertai dengan prospek ekspor yang lemah membuat harga terkoreksi.

Selasa (24/11/2020), harga CPO kontrak pengiriman Februari di Bursa Malaysia Derivatif drop 0,78% dibanding posisi penutupan kemarin. Pada 10.35 WIB, harga kontrak CPO dibanderol di RM 3.300/ton. 

Kendati cenderung drop hampir dalam dua pekan terakhir, harga CPO masih berada di kisaran tertingginya dalam delapan tahun terakhir. Hal ini diakibatkan oleh sentimen positif kandidat vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Pfizer-BioNTech, Moderna dan AstraZeneca.

Tiga minggu terakhir, pasar dibuat sumringah oleh kabar vaksin Covid-19 yang positif. Di pekan pertama ada Pfizer dan BioNTech yang melaporkan bahwa vaksin yang mereka kembangkan punya tingkat keampuhan lebih dari 90%. 

Kemudian pada minggu kedua, giliran Moderna yang mengklaim bahwa kandidat vaksin buatan mereka memiliki tingkat efficacy di level 94,5%. Semalam gantian raksasa farmasi Inggris AstraZeneca yang mengklaim vaksin mereka memiliki keampuhan rata-rata 70%.

Meski hanya 70% kandidat vaksin yang juga dikembangkan dengan Universitas Oxford ini memiliki keunggulan dari segi harga dan logistik. Dari segi harga kandidat vaksin ini hanya dibanderol di US$ 3 - US$ 4 per dosis dan menjadi yang paling murah jika dibandingkan harga Pfizer (US$ 20/dosis) dan Moderna (US$ 37/dosis).

Tercatat sejak Mei, harga kontrak CPO cenderung mengalami tren kenaikan. Pelonggaran lockdown, peningkatan aktivitas ekonomi yang berbuntut pada peningkatan permintaan yang dibarengi dengan prospek pasokan yang menipis telah membuat harga CPO terbang tinggi. 

Produksi minyak sawit dari Indonesia dan Malaysia diperkirakan menurun sampai akhir tahun. Di Indonesia rendahnya produksi diakibatkan oleh dampak kekeringan panjang tahun lalu dan penggunaan pupuk yang lebih rendah. 

Ke depan adanya fenomena La Nina yang mengakibatkan turunnya hujan lebat juga menjadi ancaman bagi rantai pasok. Alhasil harga makin melambung. Apalagi di Malaysia isu kekurangan tenaga kerja akibat pembatasan mobilitas publik juga jadi faktor yang menghambat aktivitas panen. 

Itulah beberapa faktor pemicu terbangnya harga CPO. Namun harga memang tidak bisa terus menerus naik. Peningkatan signifikan membuat para trader tergiur untuk mengambil untung (profit taking).

Di sisi lain dengan melonjaknya kasus infeksi Covid-19 terutama di Eropa yang membuat lockdown kembali marak juga menjadi sentimen negatif bagi harga minyak nabati unggulan RI dan Negeri Jiran ini. 

Ekspor November diperkirakan bakal lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Menurut perusahaan inspeksi independen AmSpec Agri Malaysia, ekspor produk minyak sawit Malaysia untuk 1-20 November turun 16,25% menjadi 908.443 ton dari 1.084.701 ton untuk periode pengiriman 1-20 Oktober,

Untuk periode 20 hari pertama bulan November, ekspor CPO drop 43,9% secara month on month (mom) dibanding periode bulan Oktober. Pengiriman CPO ke luar negeri hanya tercatat mencapai 213.150 ton dari bulan sebelumnya 380.046 ton.

Ekspor minyak inti sawit mentah juga drop signifikan pada periode yang sama. Ekspor minyak nabati jenis ini pada bulan November tercatat hanya 5.000 ton. Padahal sebelumnya mencapai 17.200 ton atau turun 70,9% (mom). 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hore! Harga CPO Sudah di Atas RM 3.300/ton, Siap ke RM 3.500?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular