Transaksi Berjalan Surplus Setelah 9 Tahun, Rupiah Apa Kabar?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (20/11/2020), setelah rilis data transaksi berjalan Indonesia yang mencatat surplus untuk pertama kalinya dalam 9 tahun terakhir.
Melansir data refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.140/US$.Tetapi tidak lama langsung masuk ke zona merah, melemah hingga 0,32% ke Rp 14.185/US$.
Di penutupan perdagangan, posisi rupiah membaik, berakhir di Rp 14.150/US$ atau melemah 0,07%.
Keberhasilan memangkas pelemahan membuat rupiah lepas dari posisi terburuk di Asia hari ini. Hingga pukul 15:07 WIB, won Korea Selatan menjadi yang terburuk dengan pelemahan 0,26%. Beberapa mata uang lainnya bahkan mampu menguat.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.
Rupiah mampu menipiskan pelemahan setelah rilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang mencatat surplus pada kuartal III-2020, meski tidak sebesar surplus kuartal sebelumnya. Namun yang menjadi kejutan adalah transaksi berjalan berhasil surplus setelah sembilan tahun defisit.
"NPI mencatat surplus sebesar US$ 2,1 miliar pada triwulan III 2020, melanjutkan capaian surplus sebesar US$ 9,2 miliar pada triwulan sebelumnya. Surplus NPI yang berlanjut tersebut didukung oleh surplus transaksi berjalan maupun transaksi modal dan finansial," sebut keterangan tertulis Bank Indonesia (BI), Jumat (20/11/2020).
Pada kuartal III-2020, transaksi berjalan (current account) mencatat surplus sebesar US$ 1 miliar atau 0,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Transaksi berjalan menjadi faktor yang begitu krusial dalam mendikte laju rupiah lantaran arus devisa yang mengalir dari pos ini cenderung lebih stabil.
Transaksi berjalan sudah mengalami defisit sejak kuartal IV-2011, sehingga menjadi "hantu" bagi perekonomian Indonesia. Kala defisit membengkak, Bank Indonesia (BI) akan menaikkan suku bunga guna menarik hot money di pos transaksi modal dan finansial (komponen NPI lainnya) sehingga diharapkan dapat mengimbangi defisit transaksi berjalan, yang pada akhirnya dapat menopang penguatan rupiah.
Namun, kala suku bunga dinaikkan, suku bunga perbankan tentunya ikut naik, sehingga beban yang ditanggung dunia usaha hingga rumah tangga akan menjadi lebih besar. Akibatnya, investasi hingga konsumsi rumah tangga akan melemah, dan roda perekonomian menjadi melambat.
Kini dengan "hantu" CAD pergi dari Indonesia untuk pertama kalinya dalam 9 tahun terakhir, dan akan menjadi modal rupiah untuk menguat di sisa tahun ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina
