Analisis Teknikal

Habis Bensin & Aksi Jual Kuat, IHSG Sesi II Koreksi Dulu

Tri Putra, CNBC Indonesia
20 November 2020 13:11
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi pertama akhir pekan Jumat (20/11/20) ditutup di zona merah, terkoreksi 0,24% di level 5.580,87. Padahal Neraca Pembayaran Indonesia berhasil surplus setelah sembilan tahun defisit.

Investor tampaknya mengambil kesempatan merealisasikan keuntungan yang mebuat IHSG bergerak liar pada perdagangan hari ini. Padahal IHSG sempat terbang tinggi di awal pembukaan, tapi jatuh ke zona merah sebelum kembali menghijau dan akhirnya ditutup terkoreksi.

Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 301 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 7,3 triliun. Terpantau 197 saham terapresiasi, 221 saham turun, sisanya 176 stagnan.

Dari dalam negeri, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mencatat surplus pada kuartal III-2020, meski tidak sebesar surplus kuartal sebelumnya. Namun yang menjadi kejutan adalah transaksi berjalan berhasil surplus setelah sembilan tahun defisit.

"NPI mencatat surplus sebesar US$ 2,1 miliar pada triwulan III 2020, melanjutkan capaian surplus sebesar US$ 9,2 miliar pada triwulan sebelumnya. Surplus NPI yang berlanjut tersebut didukung oleh surplus transaksi berjalan maupun transaksi modal dan finansial," sebut keterangan tertulis Bank Indonesia (BI), Jumat (20/11/2020).

Pada kuartal III-2020, transaksi berjalan (current account) mencatat surplus sebesar US$ 1 miliar atau 0,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Surplus transaksi berjalan ditopang oleh surplus neraca barang seiring dengan perbaikan kinerja ekspor di tengah masih tertahannya kegiatan impor sejalan dengan permintaan domestik yang belum kuat.

Analisis Teknikal

Teknikal IHSGFoto: Tri Putra/CNBC Indonesia
Teknikal IHSG

Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area bawah atas dengan BB yang kembali melebar maka pergerakan IHSG selanjutnya berpotensi terkoreksi.

Untuk mengubah bias menjadi bullish atau penguatan, perlu melewati level resistance yang berada di area 5.608. Sementara untuk melanjutkan tren bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area 5.552.

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Saat ini RSI berada di area 65 yang belum menunjukkan adanya indikator jenuh beli maupun jenuh jual akan tetapi RSI terkonsolidasi turun setelah sebelumnya menyentuh zona jenuh beli sehingga biasanya menandakan pergerakan IHSG selanjutnya akan cenderung terdepresiasi.

Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di area batas atas, maka pergerakan selanjutnya cenderung bearish atau terkoreksi. Hal ini juga terkonfirmasi dengan munculnya indikator RSI yang terkonsolidasi turun.

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular