Dolar AS Dekati Rp 14.200, Rupiah Terlemah di Asia!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 November 2020 10:18
rupiah, bi
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Willy Kurniawan)

Investor memang sedang gamang, belum bisa menentukan sikap antara bermain agresif atau cari aman. Di satu sisi, ada sentimen negatif yaitu meningkatnya klaim tunjangan pengangguran di AS.

Pada pekan yang berakhir 14 November, klaim tunjangan pengangguran di Negeri Paman Sam bertambah 31.000 menjadi 742.000. Klaim masih di atas 665.000, puncak saat krisis 2008-2009, selama 35 pekan berturut-turut.

"Anda jangan bilang bahwa gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sudah berakhir, masih banyak rakyat yang hidup tanpa penghasilan dan lapangan kerja semakin sempit. Washington patut disalahkan, karena tidak ada koordinasi yang baik dalam menangani dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Tidak ada stimulus baru, dan jutaan orang masih menganggur," tegas Chris Rupkey, Chief Economist MUFG yang berkedudukan di New York, seperti dikutip dari Reuters.

Namun di sisi lain, ada sentimen positif. Rupkey sudah menyinggung masalah stimulus, dan ada kabar positif soal itu. Chuck Schumer, Pimpinan Partai Demokrat di Senat AS, mengungkapkan bahwa dirinya dan Mitch McConnell (Pimpinan Partai Republik di Senat AS) telah sepakat untuk melanjutkan pembahasan stimulus fiskal.

"Tadi malam, kami telah sepakat untuk duduk bersama dan mulai membahas apakah kami bisa mencapai kesepakatan stimulus yang baik untuk mengatasi dampak pandemi. Jadi sudah ada terobosan, kubu McConnell akhirnya mau berdiskusi," kata Schumer dalam konferensi pers di New York, seperti dikutip dari Reuters.

Pembahasan stimulus memang terkatung-katung gegara para politisi di Washington sibuk 'bertarung' dalam pemilu. Akibatnya, program Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang berakhir pada 31 Juli lalu terhenti begitu saja, belum ada kelanjutannya. Padahal bantuan itu sangat dibutuhkan untuk menjaga asap dapur rakyat tetap mengepul.

Kabar terbaru dari Schumer memberi harapan, stimulus akan kembali dibahas. Jika berhasil disahkan, maka rakyat AS akan kembali menikmati dukungan pemerintah dan daya beli mereka sangat terbantu.

AS adalah negara konsumen terbesar di dunia. Ketika daya beli rakyat Negeri Adikuasa meningkat, maka kinerja ekspor negara-negara lain akan ikut terdongkrak. Pemulihan ekonomi global akan terjadi, ada asa bebas dari jerat resesi.

Tarik-ulur antara sentimen positif dan negatif tersebut membuat pelaku pasar gamang. Kebetulan akhir pekan sudah dekat. Jadi sepertinya opsi yang jadi pilihan adalah wait and see, lebih baik menunggu sembari ada perkembangan terbaru.

Akibatnya, arus modal yang mengalir ke pasar keuangan negara-negara berkembang agak seret dan mempengaruhi nilai tukar mata uangnya. Rupiah tidak terkecuali.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular